'Sultan Agung' Dikritik Putri Sultan HB X, Ini Kata Hanung Bramantyo

'Sultan Agung' Dikritik Putri Sultan HB X, Ini Kata Hanung Bramantyo

Edzan Raharjo - detikHot
Kamis, 08 Mar 2018 19:34 WIB
Foto: Hanung Bramantyo (Edzan Raharjo/detikcom)
Yogyakarta - Film yang mengangkat cerita perjuangan Sultan Agung yang disutradai Hanung Bramantyo mendapat kritikan dari Putri Keraton Yogyakarta GKR Bendara. Terutama terkait dengan pakaian batik yang tidak sesuai pakem Keraton Yogyakarta. Hanung Bramantyo pun menjawab kritikan tersebut.

Hanung mengatakan sudah melakukan riset dan juga diskusi dengan sejarawan dari Yogya dan Solo. Ia siap menerima masukan untuk pembuatan film tersebut.

"Saya sikapi sebagai masukan yang positif, tapi saya akan menjawabnya ya film itu belum jadi. Kalau misalnya ada apa-apa nanti ada proses editing, oo ternyata salah, ternyata beteng bukan abu-abu tapi warnanya item, ya nanti saya ubah jadi item," kata Hanung Bramamtyo disela-sela syuting film Sultan Agung di desa Gamplong, Moyudan, Sleman, DIY, Kamis (8/3/218).

Menurutnya, film ini masih dalam proses dan nanti akan ada proses editing. Saat ini juga sudah ada teknologi animasi. Kritik sebaiknya disampaikan jika film tersebut sudah jadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jangankan jarik, wajah saja bisa diganti kok. Kan ada teknologi animasi sekarang, wajah, kulit coklat bisa dibuat putih. Nunggu dulu filmnya jadi, jariknya bener nggak kayak gitu, jangan-jangan beliau mengkritik sesuatu yang belum jadi," kata Hanung.

Hanung mempersilahkan datang ke lokasi langsung untuk memberi masukan. Ia mengatakan, untuk membuat film tersebut tidak mungkin ia tidak sowan kepada keluarganya. Hal ini juga dilakukan ketika membuat film tentang Ahmad Dahlan dan Soekarno yang juga sowan kepada kelurganya lebih dahulu.

"Jadi buat apa harus bicara di depan netizen, bukan memecahkan persoalan. Buat saya mengeluh di sosial media bukan sebuah solusi. Ya menjadi solusi adalah ya datang gitu kalau saya," kata Hanung.

Ia mengaku sudah bertanya pada sejarawan UGM Sri Margana untuk kostumnya. Saat itu, Hanung bertanya apakah ada foto Sultan Agung di Leiden, tetapi ternyata tidak ada. Yang ada adalah literaturnya sehingga ia berdasar pada riset literatur.

Sultan Agung telah diangkat menjadi pahlawan nasional dan tentu menjadi milik negara. Dan cucu Sultan Agung tidak hanya di keraton Yogya tetapi juga Pakualaman dan juga Solo.

"Mereka semua menganggap cucu Sultan Agung," katanya.

Sebelumnya, GKR Bendara menyebut penggunaan motif parang pada batik yang dipakai Sultan Agung di film tersebut kurang tepat. Hal tersebut diungkap melalui postingan di akun Instagram-nya.

"Aduuuh duh duh... hancur hati ku... yg memerankan Sultan Agung kok ya pake parang yg kecil dan warna nya biru pula. Padahal yg membuat Parang Barong adalah Ibu beliau. Malah yg memerankan Abdi dalem di belakangnya yg pake Parang lbh besar. Iki piye iki piye jal. Check di FB kratonjogja aja ada loh referensinya," tulis GKR Bendara.

(dal/dal)

Hide Ads