Dari banyaknya kehampaan premis film banjir adu tembak belakangan ini, film karya 'debutan' sutradara Christian Gudegast ini sangatlah menyenangkan.
Gudegast sebelumnya cuma dikenal sebagai screenwritter dari film macam 'London Has Fallen' atau 'A Man Apart'. Tapi ketika ia duduk sebagai director di 'Den of Thieves', ternyata hasilnya cukup mengejutkan dengan konotasi positif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menggandeng Gerard Butler, sejujurnya mungkin tak mau berekspektasi ketika menonton ini. Tentu film payah macam 'Geostorm' yang menampilkan Butler sebagai tokoh utama masih terbayang-bayang gimana tanpa jiwanya film tentang bencana tersebut. Tapi setelah lampu mulai terang di dalam bioskop, justru malah sebaliknya ketika menonton ini.
Anda tentu tahu mengapa Butler dicap aktor membosankan --selain dia punya aksen British Skotlandianya yang susah hilang--? Setelah pesonanya membius di film kolosal '300' sebagai pemimpin Spartan, Butler seolah memudar usai itu.
Tapi di 'Den of Thieves', tentu dengan cerita solid dan begitu mengasyikkan, Butler terlihat badass sekali meski berperan sebagai seorang letnan polisi bernama Big Nick Flanagan yang mengurusi segala kasus perampokan bank di Los Angeles. Ia dan geng polisinya punya tampilan bajingan bak penegak hukum AS yang kerap menumpas narkoba atau pada kisah ini mengungkap aksi kriminal kelas kakap macam perampokan berencana dari komplotan musuhnya.
![]() |
Di Los Angeles begitu rawan perampokan. Itu pun sesuai fakta. Dan sosok ketua geng penjahat yang dipimpin Ray Merrimen (Pablo Schreiber) begitu punya rencana matang dan cenderung gila untuk merampok bank.
Ray bersama Enson Levoux (50 Cent), O'Shea Jackson (Donnie) --begitu cemerlang di 'Straight Outta Compton' (2015) sebagai Ice Cube-- Cs mereka bersiap merampok uang tanpa terlacak dengan cara cerdas yang nggak pernah terpikirkan kriminal lain.
Anda takkan menyangka apa yang akan terjadi di akhir film. Karena yang disuguhkan Gudegast akan melebihi ekspektasi.
Backsound dan musik dari Cliff Martinez yang terkesan 'miskin' justru menimbulkan kesunyian yang membuat sedikit bergidik ketika longlongan peluru terjadi di jalanan. Selongsong demi selongsong peluru yang keluar dijamin justru akan makin betah duduk di bioskop menunggu apa yang akan terjadi.
'Den of Thieves' membawa kita mengingat bagaimana cerdasnya Michael Mann menggarap film kriminal klasik 'Heat'. Tapi ketegangan yang terjadi di jalan raya macet juga membawa nostalgia singkat dalam film 'Sicario' garapan Denis Villeneuve 2015 lalu.
Cerita kriminal ini tak sesimple trailernya. Bahkan Anda harus terus cermat mengamati adegan dan dialog demi dialognya agar tak terlalu mengumpat 'sialan' sembari memuji film ini usai nonton.
Ada plot twist yang cukup mengejutkan di akhir cerita. Dan Gerard Butler menemui lagi pesonanya yang sudah lama memudar.
Ini bukanlah kolaborasi Butler-Gudegast dengan kisah nggak masuk akal atau terlalu superior macam 'London Has Fallen'. Ini jauh lebih mengasyikkan. Dan Gudegast yang merangkap sebagai penulis dan produser membuktikan kapasitasnya yang oke untuk 'pemula' di bangku sutradara.
Selain Butler dan Gudegast yang jadi alasan film ini keren, ada juga pesona dari Schreiber sebagai penjahat berkharisma. Tapi mereka semua bukan satu-satunya alasan mengapa film ini solid dengan ceritanya meski masih punya kekurangan. Tapi buat kami, '12 Strong'-nya Chris Hemsworth yang keren juga itu belum bisa melunturkan 'Den of Thieves' sebagai film yang memancing adrenalin paling cool awal 2018 ini.
Jika Anda penyuka 'mati' action crime, tentu tak boleh melewatkan samasekali film ini. Den of Thieves tayang cuma di jaringan CGV dan Cinemaxx.
Film ini juga sudah mendapat banyak ulasan positif dari kritikus. Mungkin karena mereka juga sudah lama sekali tak menonton action crime yang oke. (kmb/kmb)