Dia diketahui merupakan sekutu dan orang terdekat dari putra mahkota Saudi di Abu Dhabi. Padahal Pangeran Bader sama sekali bukan seorang kolektor seni.
Ketika Pangeran Bader mendaftar sebagai penawar dari 'Salvator Mundi', pengacara Balai Lelang Christie's New York menanyakan dua hal kepadanya. Yakni, dari mana dia mendapatkan uangnya dan apa hubungannya dengan penguasa Saudi Raja Salman?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pangeran Bader berasal dari keluarga kerjaan yang merupakan saudara penguasa Arab di abad ke-18. Garis patriarki Pangeran Bader tidak satu garis keturunan sama seperti Raja Abdulaziz ibn Saud. Namun, dia seorang pangeran yang berpikiran modern dan dekat dengan putra mahkota.
Keduanya sama-sama kuliah di Universitas Raja Saud di Riyadh. Setelah Raja Salman naik takhta pada 2015 dan menunjuk Pangeran Mohammed untuk menjalankan sebagian besar pemerintahan, Pangeran Bader pun diberikan posisi tinggi. Salah satunya adalah Saudi Research dan Marketing Group yang menerbitkan surat kabar Pan-Arab Al Sharq Al Awsat dan koran lainnya.
Juli lalu, Pangeran Bader juga ditunjuk untuk mengembangkan provinsi Al Ola yang berisi situs arkeologi sebagai tujuan wisata. Pengembangan kawasan tersebut sesuai dengan visi putra mahkota yang dikenal dengan nama 'Saudi Vision 2030'.
Pangeran Bader duduk di bangku dewan perusahaan energi di Saudi, Energy Holdings International dan dia disebut sebagai 'salah satu pengusaha termuda di Arab Saudi'. Selain itu, dia juga merupakan pebisnis daur ulang dan pengelolaan limbah besar di Arab Saudi dan kini aktif dalam usaha real estate di Arab Saudi, Dubai, dan seluruh kawasan Timur Tengah selama lima tahun belakangan.
Bersama dengan putra mahkota, dia juga mendekati Brent Thompson Arrchitects untuk merancang sebuah kompleks resor mewar di dekat Jidda. Dengan dibelinya lukisan 'Salvator Mundi' senilai Rp 6 triliun, dia makin menunjukkan posisinya sebagai kolektor seni terkemuka di dunia, mengalahkan pembeli lukisan sebelumnya yang merupakan seorang miliarder Rusia.