Ditemui di Galeri Nasional Indonesia (GNI), dia mengaku belajar teater dan bersekolah di seni rupa berbarengan waktunya. "Saya main teater dan belajar jadi sutradara tahun 1979 dan 1981. Saya merasa banyak terakomodiri ketika menggeluti dunia teater," ujar Butet.
Dia merasa mampu memperkarya jalan seni rupa melalui teater. "Di teater tuntutannya agar sensitif terhadap isu-isu sosial dan untuk semua persoalan."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui teater pula, Butet belajar manajerial dan berprofesi sebagai enterpreneur. Selain di atas panggung teater, lanjut dia, Butet kerap belajar di luar artistik. "Bagi saya jadi satu berkah sendiri bekerja di bidang ini," tambahnya.
![]() |
Pria yang dikenal lewat program 'Sentilan Sentilun' ini juga berharap agar penikmat seni maupun yang mengikuti perjalanan kariernya tidak mengkotak-kotakan antara seni rupa dan seni pertunjukan.
"Saya ingin menegaskan dengan berani dan menyatakan kita tidak lagi punya batas teritori atau wilayah seni. Seni itu tidak punya sekat-sekat, kita sendiri yang menyekat seni itu, ini lebih ke wilayah akademik. Kesenian itu ranah bersama untuk membebaskan dunia kreatif," pungkas Butet.