Dikutip dari situs Jakarta Biennale, disebutkan Semsar memperoleh pendidikan formal seni pertama kali di San Francisco Art Institute (SFAI), San Francisco, Amerika Serikat, pada 1975. Di tahun 1981, dia menggegerkan dunia seni rupa Indonesia dengan membakar hangus patung karya Sunaryo yang saat itu menjadi gurunya.
Patung tersebut baru saja kembali dari pameran seni patung internasional di Fukuoka, Jepang. Semsar membakar hangus patung itu, membungkusnya dengan daun pisang, dan menyajikan nasi kuning. Ia menyebutnya "seni kejadian" dan kena skors dari kampus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Direktur Artistik Jakarta Biennale, Melati Suryodarmo, sosok dan karya-karya Semsar Siahaan patut dipamerkan kepada publik umum.
![]() |
"Kalau tidak ada retrospektif Semsar, pecinta seni atau masyarakat tidak akan tahu nama Semsar. Dia akan dilupakan begitu saja, padahal karya-karyanya penting bagi perkembangan seni rupa Indonesia," lanjut Melati di sela-sela pembukaan Jakarta Biennale, belum lama ini.
Lewat pameran retrospektif 'Menimbang Kembali Sejarah', Jakarta Biennale memamerkan beberapa karyanya berupa lukisan, gambar, reproduksi poster, dan sejumlah arsip pribadi, termasuk buku harian yang ia tulis pada 24 Oktober 1998β13 September 2002 ketika berada di luar Indonesia.
Selain itu, Jakarta Biennale 2017 juga menerbitkan buku berisi tulisan-tulisan Semsar Siahaan, wawancara-wawancara, dan tulisan tentang sejumlah pameran karyanya.