Empat Penyair Buka Literature and Ideas Festival 2017

Empat Penyair Buka Literature and Ideas Festival 2017

Tia Agnes - detikHot
Minggu, 08 Okt 2017 14:42 WIB
Foto: Literature and Ideas Festival 2017 (Agnes/detikHOT)
Jakarta - Literature and Ideas Festival (LIFEs) 2017 sebagai pengganti dari Bienal Sastra Salihara resmi dibuka semalam. Di malam pembukaan, festival ide dan gagasan itu menampilkan pembacaan puisi dari empat penyair yang lagi bersinar setahun belakangan.

Dimulai dari F.Aziz yang lewat kumpulan puisi 'Playon' berhasil memenangkan Kusala Sastra Khatlulistiwa pada 2016. Dia membacakan 'Hari-hari Ganjil'. Selanjutkan ada Zezsyazeoviennazabrizkie yang membacakan penggalan dari novel 'Semua Ikan di Langit'.

Usai pembacaan, dia menerangkan novel 'Semua Ikan di Langit' terinspirasi dari hal sederhana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika aku masih kecil, aku melihat ikan terbang dan novel ini hadir karena aku suka shower talk," ujarnya tertawa di hadapan penonton yang hadir.

Empat Penyair Buka Literature and Ideas Festival 2017Foto: Literature and Ideas Festival 2017 (Agnes/detikHOT)


Penyair ketiga adalah Pablo Jofre asal Chili. Sastrawan yang kini bermukim di Jerman itu membawakan penggalan puisi-puisinya.

"Ini kedua kalinya saya ke Jakarta dan saya bahagia bisa menggelar workshop dengan pecinta sastra yang ada di Jakarta," ujarnya sebelum membacakan puisi.

Terakhir adalah Yusi Avianto Pareanom yang disebut-sebut sebagai bintang dari acara 'Bintang-bintang di Bawah Langit Jakarta'. Dia membaca nukian dari prosa 'Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi' di ajang Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2016.

Direktur LIFEs Ayu Utami mengatakan dalam sambutannya dalam Bienal Sastra Salihara pembuka dan penutup acara ada tradisi sendiri.

"Seperti Bintang-bintang di Bawah Langit Jakarta dan Makan Malam Sastra yang merupakan persoalan jasmani dan rohani. Puisi dan sastra," kata dia di Teater Salihara.

Tahun ini sastra Amerika Latin yang digandeng oleh tim Komunitas Salihara. Ayu Utama menyebutkan ada 10 alasan dan lima alasan tidak intelektual dari tema yang diusung kali ini.

"Kita punya kesamaan sejarah kolonialisme dan sama-sama dijajah. Dua ini ada masuknya nilai-nilai akulturasi dan sinkretisme. Ada juga terjadi kesadaran kebangsaan, sama-sama berjuang untuk kemerdekaan, sama-sama dikuasai rezim militer, ada teori ketergantungan, dan kita mengenal surealisme dan realisme magis," tutur Ayu Utami.

LIFEs berlangsung pada 7 hingga 28 Oktober 2017 di Komunitas Salihara dan setiap pekannya berlangsung acara yang berbeda. Festival ini juga didukung oleh kedutaan besar Cile, Brasil, Argentina, Meksiko, Kolombia, Spanyol, Kuba, Venezuela dan Swiss yang berada di Indonesia.


(tia/wes)

Hide Ads