Puluhan karya para pematung anggota Asosiasi Pematung Indonesia (API) ini ditampilkan dalam Jogja Street Sculpture Project (JSSP) 2017. Pameran bertema Jogjatopia di ruang publik ini merupakan yang kedua kalinya setelah tahun 2015.
Saat ini beberapa maket karya para peserta telah ditampilkan di Museum Sonobudoyo mulai hari ini hingga 20 September 2017. Patung-patung akan dipasang di sekitar kawasan cagar budaya di Kotabaru, Yogyakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Maket patung karya para seniman telah dipajang dalam pameran maket. Karya yang dipajang kebanyakan masih dalam proses pembuatan," ungkap Ketua Panitia Hedi Hariyanto di sela acara seminar JSSO 2017 di Sonobudoyo di Jl Trikora, Yogyakarta, Kamis (14/9/2017).
Menurutnya, semua karya mulai bisa dilihat secara langsung pada 10 Oktober. Puluhan karya-karya itu tersebar di berbagai titik atau ruang publik di Kotabaru mulai simpang empat Galeria di Jl Sudirman hingga sebelah timur jembatan Gondolayu.
![]() |
Selanjutnya memasuki berbagai sudut dan jalan di kawasan Kotabaru baik sisi barat dan timur, kawasan Jl Suroto, Jl Faridan M. Noto, I Dewa Nyoman Oka, Supadi dan seputaran Kridosono.
"Semua titik-titik penempatan karya sudah ada. Seniman saat ini masih dalam proses pengerjaan," katanya.
Menurutnya, Kotabaru sebagai kawasan cagar budaya peninggalan zaman Belanda masih banyak ditemukan ruang publik. Penempatan karya juga tidak bisa sembarangan di kawasan Kotabaru. Patung karya seniman itu harus diseleksi tim dan menceritakan eksperimentasi kerangka kerja artistik yang dialogis terhadap konteks kota.
"Seniman yang memilih tempat dan karyanya harus juga menggambarkan situasi yang mencerminkan kondisi masa lalu," katanya.
![]() |
Salah satu peserta pameran, Dunadi mengungkapkan dirinya membuat seni patung menggunakan bahan sepeda onthel yang berjumlah belasan. Karya yang berjudul 'Sepeda dan Kenangan' merupakan rangkaian sepeda dengan panjang 8,5 meter dan tinggi 1,3 meter.
"Kami hanya ingin menyampaikan pesan, Kota Yogyakarta itu sudah crowded, rumit. Jalan-jalan sudah macet, banyak motor dan mobil. Padahal dulu Yogyakarta dikenal sebagai kota sepeda yang santai," kata Dunadi.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Pemda DIY Umar Priyono menambahkan seni patung yang ada di area publik Kotabaru memiliki fungsi sosial yang melekat pada sebuah kawasan. Kawasan Kotabaru dipilih untuk menengok kembali sejarah tata kota yang dibuat pada zaman Belanda dan sampai sekarang masih terpelihara dengan baik..
"Yogyakarta merupakan kota seni budaya, pendidikan, dan juga pariwisata. Tapi, tidak ada karya seni patung yang menghiasi area publik. Adanya karya-karya seni di ruang publik di Kotabaru akan memberikan hal baru dalam tata kota," katanya.