Mereka adalah Nin Djani dari Suar Artspace, Atreyu Moniaga ilustrator yang aktif mencari serta mendidik talenta baru, Wangsit Firmantika yang karyanya terinspirasi dengan budaya Jepang, kurator independen Evelyn Huang, desainer grafis yang karyanya menghiasi skena musik nasional serta internasional Kendra Ahimsa, Art Manager dari Artotel Indonesia Safrie Effendi, dan seniman mural thepopo.
Dalam persentasinya, Nin Djani menjelaskan tentang Suar Artspace yang dibesarkan bersama kawan sesama seniman. Nin Djani yang tadinya seorang perancang media sosial bagi Suar Artspace lambat laun mengadakan workshop dan program #SUARArtTrip.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dunia Imajiner Lidia Puspita Dulam |
"Dari galeri yang iseng-iseng, kami tidak menyangka bisa sampai sejauh ini," ujar Nin Djani di BINUS International University pada Selasa (22/8/2017) malam.
Kurator seni independen Evelyn Huang yang semakin dikenal melalui pameran exi(s)t di Galeri Nasional Indonesia turut hadir menceritakan kiprahnya. Baginya dalam menyeleksi sebuah karya ada dua tipe: karya yang bagus dan karya yang benar-benar bagus.
![]() |
"Kalau kita melihat karya seni tanpa tahu konsep atau keterangannya trus kita bisa bilang wah bagus ya. Itu ya benar-benar bagus artinya," katanya.
Sampai saat ini, lewat kurasi-kurasi tersebut Evelyn tetap berharap agar bisa memberikan konteks multikulturalisme serta mendokumentasikan narasi-narasi kecil. Selain keduanya, Atreyu Moniaga, Wangsit Firmantika, Kendra Ahimsa, thepopo, serta Safrie Effendi memberikan pandangan yang lain.
PechaKucha Night yang menjadi wadah bagi setiap tamu dan pembicara untuk berjejaring secara kreatif itu menantang para pembicara untuk berbicara 20 detik di 20 slide gambar. Advisor Maverick, Wicaksono atau Ndoro Kakung mengatakan karya seni tak lagi dikonsumsi sebagian kecil masyarakat di tempat khusus.
"Sekarang karya seni dapat dinikmati di ruang publik dan melahirkan budaya apresiasi seperti selfie yang disebarkan melalui media sosial," pungkasnya.