Penantian Panjang Ahmad Fuadi di Novel 'Anak Rantau'

Penantian Panjang Ahmad Fuadi di Novel 'Anak Rantau'

Tia Agnes - detikHot
Selasa, 11 Jul 2017 10:58 WIB
Penantian Panjang Ahmad Fuadi di Novel 'Anak Rantau' Foto: Asep Syaifullah
Jakarta - Bagi Ahmad Fuadi, menulis sebuah novel butuh waktu dan riset yang mendalam. Di novel terbarunya 'Anak Rantau' yang rilis bulan ini akhirnya penantian panjang Ahmad Fuadi tuntas sudah. 'Anak Rantau' terbitan Falcon Publishing siap mengudara dan menemani hari-hari pembaca.

Masih bertemakan 'perantauan', novel keempat Ahmad Fuadi mulai ditulisnya empat tahun lalu di tepi danau Como, Italia. Saat itu, dia mendapatkan kesempatan residensi dan menulisnya di sekeliling pemandangan yang indah.

"Ternyata nggak selancar yang diharapkan. Dua tahun biasanya selesai tapi ini lebih panjang dari novel sebelumnya," tutur Ahmad Fuadi, ketika berkunjung ke kantor detikHOT di Gedung Trans TV, Jalan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, pada Senin (10/7/2017) lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Novel 'Anak Rantau' ceritanya kebalikan dari 'Negeri Lima Negara' yang melejitkan namanya. Di 'Anak Rantau', anak kota dibawa pulang ke kampung demi menyelematkan anaknya dari kondisi kota.



Ahmad Fuadi menceritakan novelnya menceritakan tentang luka-luka masa lalu dan masa sekarang. "Temanya banyak karena seorang anak yang berhubungan dengan rantaunya. Kemudian berkembang tentang luka dan semua itu harus diobati, setiap orang punya luka masing-masing. Apa yang mau dilakukan untuk sembuh. Forgive but not forget, tapi kalau saya bilang maafkan, lepaskan, dan lupakan," kata Ahmad Fuadi.

Penantian Panjang Ahmad Fuadi di Novel 'Anak Rantau' Penantian Panjang Ahmad Fuadi di Novel 'Anak Rantau' Foto: Asep Syaifullah


Novel 'Negeri 5 Menara' adalah buku pertama dari trilogi novelnya. Di tahun 2009, meski baru terbit novelnya masuk di jajaran terlaris dan meraih Anugerah Pembaca Indonesia 2010. Novel berikutnya 'Ranah 3 Warna' dan 'Rantau 1 Muara' meraih kesuksesan yang sama.
Simak artikelnya di 20detik:


[Gambas:Video 20detik]


Tak ingin merasa cepat puas, Ahmad Fuadi melanjutkan novel bertemakan perantauan dengan menulis 'Anak Rantau'. Settingnya pun ditulis masih di awal tahun 2005.

"Yang saya coba ceritakan adalah kondisi sosial masyarakat sekarang. Saya pernah pulang ke kampung yang indah ternyata tidak seindah yang saya bayangkan. Ternyata ada yang berubah khususnya tatanan sosial," tutur Ahmad Fuadi.

Penantian Panjang Ahmad Fuadi di Novel 'Anak Rantau' Penantian Panjang Ahmad Fuadi di Novel 'Anak Rantau' Foto: Asep Syaifullah


Sementara itu, di novel ini pembaca tidak akan bertemu dengan filosofi bahasa Arab yang kerap dipelajari anak pesantren. Ahmad Fuadi kembali ke akar kampung halaman, tanah Minang. Filosofi 'Alam Terkambang Jadi Guru' dituliskan penulis yang pernah berprofesi sebagai wartawan ini. Menurut ceritanya, filosofi tersebut sudah ada di dalam benak sejak kecil.

Bagi anak Minang seperti dirinya, 'Alam Terkambang Jadi Guru' sudah disebut berulang-ulang. "Ini yang menginspirasi, bukan lagi Man Jadda wa Jadda, tapi Alam Terkambang Jadi Guru."



Sebelum libur Lebaran, novel 'Anak Rantau' sudah dijual dengan sistem pre-order. Saat ini novelnya belum tersedia di toko buku tapi penjualan dilakukan dengan sistem online.

Penasaran seperti apa bocoran novel 'Anak Rantau'? Simak artikel berikutnya! (tia/dar)

Hide Ads