Pameran solo pertama Heri Dono di Hong Kong itu diberi judul 'Land of Freedom'. Dibuka pada 29 Juni lalu, eksibisi menampilkan beragam lukisan-lukisan baru dan karya seni instalasi dari Heri Dono.
Selama hampir empat dekade, Heri Dono telah mengembangkan dunia dikotomi yang fantastis dalam lukisannya. Dia menciptakan lukisan imajinasi, rakyat dengan seni kontemporer, politik dengan fiksi, ketegangan antara kekuatan-kekuatan yang berlawanan, hingga ideologi yang kompleks.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Heri Dono Segera Pameran Tunggal di Jakarta |
"Heri Dono dikenal dengan gaya Jawa kontemporer yang unik dan diilhami oleh wayang kulit tradisional. Dia kerap bercanda dengan situasi mental saat ini dan menghadirkan ketegangan antara ilusi dan persimpangan budaya lokal," kata kritikus sekaligus kurator pameran Hou Hanru, dalam keterangan pers yang diterima detikHOT, Selasa (4/7/2017).
Banyak pecinta seni dan kritikus yang menyebutkan karya Heri Dono sebagai Heridonology. "Karya-karya Heri Dono sering terlihat merupakan refleksi dan kritik sosial politik terhadap apa yang terjadi di sekitarnya," lanjut Heri Dono.
Di pameran tunggalnya kali ini, terdapat lukisan 'Trump vs Dragon' dan 'Between Two Cards' yang menyoroti etika moral dari bangsa. "Siapa yang menang dan siapa yang menderita?" tuturnya lagi.
Pameran ini juga menampilkan instalasi kinetik suara yang dibuat tahun 2004 berjudul 'Born and Freedom' yang terinspirasi dari lagu John Barry 'Born Free'. Dibuka pada 29 Juni, pameran tunggal Heri Dono berlangsung hingga 12 Agustus 2017 di galeri seni Tang Contemporary Art, Hong Kong.
(tia/dar)