Irfan terpilih dalam program residensi karena pertukaran seniman dari Jeonbuk Museum of Art (Jeonju) dengan Gerilya Artist Residency Program dari Bandung. Dia menjadi salah satu seniman yang tergabung dalam Ruang Gerilya.
"Dari Bandung saya dan Patriot Mukmin yang terpilih," ujarnya ketika ditemui di Art Stage Singapore 2017, Marina Bay Sands Expo and Convention Center, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Irfan Hendrian Eksplorasi Lukisan dengan Bahan Kertas
Namun, justru di kota tersebut Irfan belajar tentang sejarah pembuatan kertas (hanji) yang cukup panjang. Dia menjelaskan di era keemasan Goryeo, kualitas kertas hanji sangat terkenal dan sampai diekspor hingga Negeri Tirai Bambu.
"Metode Mono Ha saya implementasikan karena ide sangat berorientasi terhadap material, menciptakan narasi ekspresi dari karakter dan bagaimana kertas diproses, serta bagaimana sejarah kertas mempengaruhi budaya," tutur Irfan.
Dua karya hasil residensi dan yang terbaru dipajang di booth Sullivan+Strumpf Gallery di ajang Art Stage Singapore 2017 pada 12-15 Januari lalu. Belakangan karya-karyanya turut dipajang oleh galeri seni yang berbasis di Australia-Singapura tersebut.
Irfan pernah menggelar pameran tunggal di tahun 2011 'Secular World' di Asbestos Artspace, Bandung. Setahun kemudian, dia menggelarnya di Via Via Yogyakarta yang berjudul 'Logical Aesthetic'. Di tahun 2016 usai residensi dia menggelar eksibisi di Jeonbuk Museum of ARt Residency Pogram, Jeonju, Korea, Selatan yang berjudul 'Terrene'.
Di tahun yang sama, Irfan juga menggelar eksibisi tunggal di Wei Ling Gallery, Kuala Lumpur, Malaysia, yang berjudul 'Sediments'. Serta ditampilkan lagi di Galeri Hidayat, Bandung.
(tia/mmu)