"Bermula dari hasil diskusi berkali-kali, riset masing-masing seniman–sampai pada akhirnya bermuara pada pameran ke-2–kelompok Killskill melihat
gagasan ide dan "kenikmatan" di masa itu dengan pengaruh dinamika sosial politik, ideologi, yang kembali dimunculkan sebagai amunisi berkarya, dalam wujud berbeda," tutur Wahyudi Pratama mewakili rekan-rekannya, Selasa (29/3/2016).
Baca Juga: Penghargaan Komik 'Kosasih Award' Kembali Digelar Tahun Ini
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Bagaimana pola sesat informasi yang berujung pada infomasi yang salah, karena ahistoris, gap generation problem bahkan sampai pertanyaan berulang mengenai eksistensi manusia sebagai mesin atau mesin adalah manusia. Itu semua merupakan napas lama yang kembali bisa dimodifikasi secara narasi," ungkap Wahyudi.
Empat seniman lainnya yang berpartisipasi adalah Bonifacius Djoko Santoso, Dodi Hilman, Yulian Dwi Ardhi, Lambok Elvandri Hutabarat, dan Aris Darisman.
Seniman Aris Darisman menampilkan 'Comfortably You' (2016), Bonifacius Djoko Santoso memajang 'Pembangunan Semesta [distorsi inti]', 'Pembangunan Semesta [konstruksi sistemik]', 'Pembangunan Semesta [injeksi massal]' (2016). Sedangkan Dodi Hilman 'The Allegory Series' (2016), Lambok E. Hutabarat dengan 'The Fog of War'-serial (2016).
Wahyudi Pratama menampilkan 'Dominatrix Series' (2016), dan Yulian Dwi Ardhi mengusung 'Best Seller'-series (2016) dan 'Djawa adalah Koentji' (2016).
Karya-karya tersebut dapat disaksikan di Roemah Seni Sarasvati di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 137, Bandung.
(tia/mmu)