Setelah berhasil dengan karya masing-masing, untuk pertama kalinya Entang dan Sally akan membuat karya bersama. Sebelumnya, di tahun 2002 mereka bertemu di Melbourne dan membuat karya bersama yang terangkum dalam 'Conversation: Endless Acts in Human History'.
"Conversation menghargai kehebatan sinergi dan perbedaan budaya dalam karya mereka," ucap Entang, Rabu (23/12/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nantinya, di areal utama Galeri Nasional Indonesia, Entang dan Sally akan memajang karyanya berupa patung, lukisan, dan instalasi yang indah. Entang mengatakan bahwa dia dan Sally memiliki minat yang sejalan dan ide yang berbeda terus muncul dalam proses kolaborasi.
"Seperti tubuh dan organ, perbatasan dan tepian, sejarah, kolonisasi, gambaran seni dan seni politik. Dan kami menggunakan potongan sebagai konsep karya kami," pungkasnya.
Sejak mendapatkan pemaparan internasional dengan memamerkan The Indonesian Pavilion pada The 51st Venice Biennale 2005, Entang telah meyatukan bahasa pribadi saat menciptakan karyany. Ia menyatakan identitas, kebenaran sejarah dan narasi sosial. Dalam berkarya, pengalaman pribadinya kerap digunakan untuk menjelajah kondisi negaranya, seperti kasih sayang, kebencian, fanatisme, agama, dan ideologi.
Baca Juga: DKJ Umumkan Tiga Pemenang Sayembara Manuskrip Buku Puisi 2015
Sedangkan Sally Smart adalah salah satu seniman kontemporer dari Australia. Ide yang keluar dari karyanya berkaitan dengan tubuh, rumah dan sejarah. Sally kerap memamerkan karyanya di berbagai belahan dunia secara rutin. Di 'Conversation' nanti, dia akan memamerkan 'The Exquisite Pirate' (2005-2010) yang telah berkembang sebagai sebuah ide melalui berbagai iterasi global, dan menggambarkan bajak laut wanita sebagai metafora terhadap isu global kontemporer.
'Conversation: Endless Acts in Human History' diselenggarakan oleh Galeri Canna dengan kurator Suwarno Wisetrotomo (IDN) dan co-kurator Natalie King (AUS).
(tia/tia)