Mereka adalah Norman Errikson Pasaribu dengan puisi 'Sergius Mencari Bacchus' (Juara 1), Ni Made Purnamasari 'Kawitan' (Juara II), dan Cyntha Hariyadi dengan 'Ibu Mendulang, Anak Berlari' (Juara III).
Kali ini, ada tiga dewan juri yang menilai. Mereka adalah Oka Rusmini, Joko Pinurbo, dan Mikael Johani. Dalam sambutannya, salah satu dewan juri mengatakan tiga manuskrip ditetapkan sebagai pemenang juga karena intertekstualitas yang matang da mampu mengeksplorasi tema-tema yang jarang digali oleh penyair lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga: Lukisan 'Perempuan Aljazair' Pablo Picasso Termahal di 2015
Salah satu karya yang berhasil memotret hubungan kompleks bagi seorang ibu di Indonesia mampu ditulis dengan bahasa yang sederhana. Serta urusan rumah dibuat secara literal sekaligus rumah sebagai metafora tubuh dan jiwa seorang ibu.
"Ending di puisi-puisi dalam manuskrip ini seringkali menakjubkan, menyulap detil-detil banal kehidupan sehari-hari menjadi sesuatu yang hampir sureal," katanya.
Sedangkan naskah berikutnya dapat menyerap dengan baik gaya berpuisi para penyair terdahulu seraya mengembangkannya menjadi lebih luwes dan variatif dengan konteks yang lebih luas. "Pengendapan emosi, intensitas, dan kesubliman merupakan kekuatan manuskrip ini."
Sebagai juara pertama, tim dewan juri menilai naskahnya sang penulis mampu menghadirkan tema yang jarang diolah.
"Puisi-puisi dalam manuskrip ini melukiskan—kadang lewat gaya pengakuan pseudo-memoir, kadang lewat kode-kode literer yang bakal memerlukan detektif sastra untuk memecahkannya," pungkasnya.
Selain itu, naskah karya Errikson ini menceritakan sebuah tragedi. Tapi, kisah-kisahnya disampaikan dengan nada ringan dan nyaris komikal.
Tahun ini, ada 574 manuskrip buku puisi yang mengikuti sayembara ini dan berasal dari berbagai pelosok Tanah Air. Di antaranya dari Palembang, Madura, Singkawang, Kendari sampai Jayapura.
(tia/tia)