Bertemakan 'Ziarah', aktivitas ziarah atau menziarahi dimaknai sebagai prilaku kontemplasi. "Merenungkan, memahami dan tentang apa yang sudah terjadi. Ziarah juga momentum untuk memetik nilai-nilai pada subjek yang diziarahi," ucap kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo dalam keterangannya, Senin (9/11/2015).
Eksibisi yang sengaja dipamerkan di dalam kampus ini bertujuan unutk memperkenalkan karya para maestro seni lukis yang reputasi, prestasi, dan martabatnya tak bisa dibeli. Tapi diperoleh dari proses pecarian maupun perenungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, karya-karya para maestro disandingkan dengan karya seniman Eropa di periode 60-an. "pameran ini menguak bukti sejarah yang mengungkap benang merah antara koleksi negara yang dimiliki oleh GNI dengan FSR ISI Yogyakarta," tutur Andre.
Pameran 'Ziarah' menampilkan 40 karya koleksi pilihan Galeri Nasional Indonesia. Di antaranya adalah karya dari Affandi, S. Sudjojono, Basoeki Abdullah, Bagong Kussudihardja, Abas Alibasjah, Nyoman Gunarsa, Aming Prayitno, Agus Kamal, Jean (Hans) Arp, Sonia Delauney, Hans Hartung, Victor Vassarely, Wassilly Kandinsky, dan perupa kenamaan lainnya.
'Ziarah' akan dibuka pada 9 November di Galeri R.J Katamsi, ISI Yogyakarta dan diresmikan oleh Rektor ISI Yogyakarta Dr.M.Agus Burhan, M.Hum. Esok harinya, digelar Seminar Nasional bertemakan 'Karya Seni Koleksi Negara: Narasi dan Reputasi' pada 10 November 2015 di Galeri Ajiyasa, FSR, ISI Yogyakarta.