Partisipasi Sembilan Matahari yang kedua kalinya, diakui pendirinya sulit mempertahankan gelar juara. Sekaligus tantangan untuk bersaing dengan dua negara yang kualitas video mapping-nya tak diragukan lagi, Rusia dan Jepang.
"Bersaing dengan negara sekaliber Rusia dan Jepang karena isu utamanya adalah hardware. Yang pasti kami masih harus memutar otak dan memeras keringat sendiri agar selalu mengumpulkan pendanaan," ucap Adi Panuntun kepada detikHOT, Senin (5/10/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Membangun infrastruktur internet yang tangguh serta sistem manajemen data video dan audio yang harus kami bangun dalam kapasitas besar. Tidak murah dan tidak mudah," lanjutnya.
Di 'Circle of Light' Moscow International Festival 2015, Sembilan Matahari bekerja sama dengan Wanara Studio (Bandung) dan beberapa rekan yang tengah praktek kerja lapangan. Serta Way Dwi Arifianto (komposer muda) yang sukses membantu membuat konten tahun lalu.
Meski tidak menang di dua kategori kompetisi (klasik dan modern) namun Sembilan Matahari tetap eksis membawa nama Indonesia ke Rusia. Bagi Adi, yang terpenting bukan kemenangannya.
"Tapi perjuangannya karena tantangan di kompetisi ini adalah hardware dan sumber daya manusia," kata Adi.
Seperti apa penampilan Sembilan Matahari di festival video mapping Moscow? Simak videonya di sini:
(tia/tia)