Ingat dengan aksi para penulis memprotes kebijakan penghargaan PEN American Center terhadap Charlie Hebdo? Tiga bulan kemudian, penulis berkebangsaan Inggris-India yang menerbitkan 'The Satanic Verses' Salman Rushdie angkat bicara.
Ia mengaku kecewa dengan keputusan salah satu penyelenggara penghargaan kebebasan berekspresi di Amerika Serikat. Tak hanya enam penulis saja yang awalnya memprotes, tapi sudah terkumpul 200 penulis lainnya.
Simak: Hilang 24 Tahun Lalu, Buku Anak-anak Dr.Seuss Dirilis Juli
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya Rushdie pernah mendukung penghargaan kontroversial tersebut. Namun, sekarang ia berubah pikiran karena kasus yang dialami majalah satire Prancis, menurutnya, tersebut kasus itu adalah dugaan rasisme dan penistaan agama.
Baca Juga: Biografi Kontroversial Bill Cosby Dipastikan Tidak Cetak Ulang
"Dalam kasus saya, karena buku saya dituduh menghujat tapi di kasus Charlie Hebdo ini tentang dugaan rasisme," pungkasnya.
Ia menganalogikan peristiwa yang pernah terjadi terhadapnya di era 1980-an. Jika 'The Satanic Verses' ditentang oleh sekelompok warga muslim maka tidak akan ada yang membela saya. "Mereka akan menuduh saya menghina agama." Sebelumnya, PEN American Center memenangkan majalah satire Charlie Hebdo untuk kategori 'kebebasan berekspresi dan keberanian dalam berkarya' pada April 2015. Saat itu, ada 25 penulis yang menolak keputusan penghargaan. (tia/ron)