Lakon pementasan ditulis oleh Yudi Suryo Atmojo, Rangga Buana dan Budi Ros. Pertunjukan ini mengangkat kisah Raden Syahid yang merupakan putra Adipati Tuban yang hidupnya serba kecukupan. Karena berpegang teguh pada hati nurani, ia bertentangan pendapat dengan sang ayah, dan terusir dari istana kadipaten. Bersama rekan rekannya, Raden Syahid memilih tinggal di dalam hutan dan membentuk gerombolan perampok.
Titik balik terjadi ketika ia bertemu Sunan Bonang, yang kala itu telah dikenal sebagai salah seorang wali ternama. Setelah berguru dengan Sunan Bonang, ia menjadi salah satu dari Wali Songo yang dikenal oleh sejarah sebagai Sunan Kalijaga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi Ros yang juga bertindak sebagai pendalang mengatakan, adaprasi Wayang Tavip dengan Teater Koma telah berlangsung lama. "Keterlibatan Ny.Tavip mempertemukan saya dengan kecintaan baru memerankan tokoh dalang dalam lakon Sie Jien Kwie pada 2010," ungkapnya di Galeri Indonesia Kaya, kemarin.
Sejak 1985, Budi Ros telah malang melintang menjadi pemeran utama. Beberapa naskah dramanya telah mendapatkan penghargaan di sayembara. Di antaranya 'Festival Topeg' (2003), 'Aku vs Ayahku' (2004), 'Minyak Wangi Orag Mati (2004), dan 'Lugu Kayu Bakar' (2004).
Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan lakon ini dipilih masih dalam suasana bulan suci Ramadan. "SUnan Kalijaga juga wali songo yang terpopuler di tanah Jawa dan menjadi penghubung antara pandangan Islam dan budaya Jawa," katanya.
(tia/tia)