Gara-gara hal tersebut, perupa asal Gianyar Bali itu membuat instalasi berjudul 'Silence Journey' di pameran 'Art-Chipelago' yang digelar di Galeri Nasional Indonesia hingga 7 Juni mendatang.
"Sebenarnya secara tidak langsung saya terpengaruh oleh keberadaan kurator Chris Hill saat pameran di Western Australia awal 2014 lalu," katanya di sela-sela pembukaan pameran, semalam.
Baca Juga: Lukisan Kaca tentang Majapahit Pukau Pengunjung Pameran 'Art-Chipelago'
Saat itu, Wayan banyak mengobrol dengan kuratornya namun satu bulan setelah pamerannya digelar, Chris meninggal dunia. Melalui kebudayaan tempat Wayan lahir, ia ingin memberikan penghormatan tersebut kepada orang yang dihormatinya.
"Sebagai orang Bali, saya merasakan hubungan yang kuat karena mungkin kedekatan personal. Bagi saya ini adalah spirit untuk melakukan apa yang saya bisa lakukan untuk Chris Hill," kata seniman yang pernah residensi 'Fremantle Art Centre, Western Australia ini.
Instalasi yang dibuatnya termasuk highlight dalam eksibisi biennale 'Art-Chipelago'. Sebuah patung berkepala lembu dengan tubuh kotak seperti peti mati namun terdapat empat kaki. Di bawahnya, Wayan menaruh ratusan arang sebagai lambang mayat yang dikremasi.
(Tia Agnes Astuti/Is Mujiarso)