Cerita Slahi diyakini hanya salah satu dari cerita warga Amerika lainnya. Ia ditangkap di negara asalnya Mauritania pada musim gugur 2001. Saat itu, ia dicurigai terlibat dalam 'Millenium Plot' pengeboman di Bandara Internasional Los Angeles.
Baca Juga: Hiii...Dua Seniman Rusia Lakukan 'Pengusiran Setan' di Makam Lenin
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu saja tapi dalam buku hariannya, Slahi juga menerima penculikan paksa, kekerasan seksual, eksekusi pura-pura, pemukulan, dan teror psikologis selama beberapa bulan.
Baca Juga: FX Harsono Dinominasikan Raih 'Joseph Balestier' untuk Kebebasan Seni
Tidak ada bukti terhadap penahanannya membuat ACLU juga menyerukan pemerintah agar membebaskannya tanpa penundaan. Dalam bukunya, Slahi juga menjelaskan tidak adanya bukti saat diinterogasi.
"Setiap kali saya berpikir tentang kata-kata tidak tahu, saya mual dan ingat kata-kata penyiksaan itu. Semua yang Anda katakan seharusnya, saya tidak tahu, tidak ingat dan mereka akan meringakan penyiksaan," tulisnya.
Dalam kata pengantar 'Guantanamo Diary' ditulis buku ini sebagai salah satu kisah mengerikan dari pelanggaran hak kemanusiaan Amerika Serikat. "Ini adalah contoh mengerikan apa yang terjadi terhadap orang yang tak bersalah," ucap editor Larry Siems.
(tia/mmu)