Menyaksikan Not Friends adalah menyaksikan masa muda yang begitu indah. Ada rasa iri menyaksikan karya debutan dari sutradara dan penulis Atta Hemwadee ini. Kisah yang ditawarkan memang bukan kisah yang original. Berapa banyak film coming-of-age yang diproduksi yang bercerita tentang mimpi dan pertemanan? Tapi meskipun begitu, Not Friends hadir dengan semangat yang menular. Ia tampil begitu percaya diri dan kehangatan yang membuat siapapun yang menonton akan rindu dengan masa muda yang meletup-letup.
Premis film ini begitu sederhana. Pae (Anthony Buisseret) adalah seorang siswa yang kecewa dengan hidupnya saat itu. Mantan pacarnya sudah punya pacar lagi, ayahnya tidak pengertian (bau singkong membuat seragamnya bau dan jadi bulan-bulanan siswa lain) dan lebih dari apapun, dia tahu bahwa dia bukan siswa yang cerdas. Semuanya ini segera berubah ketika sebuah universitas mengatakan bahwa siapapun akan diterima di kampus tersebut kalau seorang siswa berhasil lolos dalam sebuah kompetisi film pendek.
Teman sebangku Pae di sekolah barunya adalah Joe (Pisitpol Ekaphongpisit). Berbeda dengan Pae yang muram dan tidak aktif dalam kegiatan sosial, Joe sangat bersahabat. Ia tidak gentar untuk mengajak Pae berbicara meskipun teman sebangkunya itu malas-malasan untuk berinteraksi. Joe bercerita soal mimpinya sampai siapa yang ia taksir. Kata Joe, kita menjadi teman ketika kita berani berbagi rahasia ke orang lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini bukan spoiler, tapi ketika Joe meninggal dunia, Pae merasa hidupnya sama saja. Joe mungkin menganggap Pae temannya tapi Pae tidak merasakan apa-apa. Meskipun begitu, Pae memutuskan untuk menggunakan Joe sebagai jalannya untuk maju ke depan. Siapa yang tidak terharu kalau Pae mendedikasikan film pendeknya untuk teman sebangkunya yang sudah meninggal?
Not Friends adalah salah satu film Thailand terbaik yang pernah saya tonton. Tidak mengherankan jika Thailand mengirimkan film ini sebagai perwakilan mereka ke Oscar tahun ini. Film ini tidak hanya segar, penuh humor tapi juga ia tidak pernah takut untuk mengeksplor tema yang penting dalam kehidupan anak muda: seperti apa sebenarnya berteman itu?
Atta Hemwadee melukis Not Friends dengan karakter-karakter yang menarik yang asyik untuk diikuti. Pae dan Joe adalah karakter yang sangat tiga dimensional. Tidak seperti kebanyakan karakter di film anak muda menye-menye lain yang hanya punya satu dimensi, Pae dan Joe terlihat seperti remaja beneran. Hemwadee tidak takut untuk membuat penonton kesal dengan kelakuan keduanya. Setiap informasi baru muncul, semakin jelas remaja-remaja ini seperti apa.
Not Friends bukan hanya milik Pae dan Joe. Ada beberapa tokoh lain yang mewarnai film ini. Salah satunya yang penting adalah karakter Bokeh (Thitiya Jirapornsilp), seorang remaja yang katanya lahir sambil menyentuh kamera. Ia menawarkan diri untuk menjadi camera person di filmnya Pae. Tidak hanya ia memiliki hubungan yang kompleks dengan Joe, progress hubungannya dengan Pae sepanjang film juga membuat Not Friends menjadi asyik.
Sebagai film tentang persahabatan, Not Friends berhasil membuat saya ingin kembali ke masa-masa SMA yang penuh dengan canda tawa. Hemwadee berhasil merekam peristiwa-peristiwa sederhana menjadi sesuatu yang intim. Adegan ngobrol di lapangan saat jam pelajaran terlihat sinematik dan hangat di film ini. Tidak hanya itu Hemwadee juga memiliki selera humor yang begitu bagus sehingga momen Pae membuat cerita pun bisa menjadi bahan komedi yang paten.
Not Friends adalah film tentang persahabatan tapi ia juga merupakan surat cinta terhadap filmmaking. Kalau Anda mencintai proses pembuatan film atau sinefil sejati, banyak sekali kelucuan-kelucuan yang akan membuat Anda tersenyum saat menyaksikan film ini. Dari parodi film-film blockbuster sampai celetukan-celetukan khas sinefil ("Tidak ada yang mengerti soal Tenet!") ada di sini. Dan semuanya begitu lucu.
Sebagai karya film panjang pertamanya, kemampuan Hemwadee mengarahkan pemainnya patut diacungi jempol. Semua aktor di film ini tidak hanya kelihatan good looking tapi mereka mempunyai kemampuan akting yang mumpuni. Aktor-aktor dalam Not Friends tahu kapan film membutuhkan mereka untuk tampil dramatis dan juga komedi. Kemampuan aktor dan Hemwadee untuk menyeimbangkan drama dan komedi inilah yang akhirnya membuat saya begitu jatuh cinta dengan Not Friends.
Secara durasi, Not Friends sebenarnya cukup panjang. Tapi tidak ada satu pun momen terbuang sia-sia. Selama 130 menit saya benar-benar dibawa ke dalam sebuah masa muda yang mengharu biru. Film ini bisa membuat saya tertawa terbahak-bahak sampai perut saya sakit kemudian membuat saya menangis sampai sesak nafas. Dengan gambar yang cantik dan presentasi teknis yang mumpuni, Not Friends adalah film wajib bagi semua sinefil, pecinta film remaja dan kita semua yang ingin kembali ke masa muda yang penuh dengan cita-cita.
Not Friends dapat disaksikan di jaringan CGV, Cinepolis dan jaringan bioskop lainnya.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
Baca juga: Review Lift: Mencuri Vincent van Gogh |
(tia/tia)