Ada alasan kenapa Gran Turismo menaruh tulisan 'based on a true story' di awal film. Setelah menyaksikannya, Anda mungkin akan terkejut karena kisahnya 'terlalu seperti film'. Tapi kenyataannya kisah Jann Mardenborough (Archie Madekwe) memang larger-than-life.
Berita baiknya, meskipun secara teknis ini bukan film adaptasi game tapi merupakan biopik, Gran Turismo adalah sebuah hiburan yang luar biasa menghibur.
Sebelum ia menjadi pebalap, Jann Mardenborough adalah seorang gamer Gran Turismo yang top. Semua teman-temannya dan lawan mainnya di game tahu ini. Keluarganya tahu tapi tentu saja ayahnya, Steve Mardenborough (Djimon Hounsou), merasa bahwa apa yang dilakukan Jann buang-buang waktu.
Buat apa main game kalau bisa melakukan hal lain yang lebih berguna? Lihat kakak Jann, Coby (Daniel Puig), yang menjadi atlit. Dia bisa menggunakan olahraga menjadi profesi yang lebih bermartabat. Tentu saja ketika Jann mengatakan bahwa ia ingin menjadi pebalap, ayahnya tertawa dalam hati.
Steve berkali-kali meyakinkan Jann bahwa menjadi pebalap bukanlah sesuatu yang bisa terjadi untuk orang seperti mereka. Tapi keajaiban kadang terjadi kan? Kebetulan Danny Moore (Orlando Bloom), marketing dari Nissan mempunyai ide yang luar biasa gila. Bagaimana kalau para pemain top Gran Turismo, game balapan yang dipercaya dengan keakuratannya dalam balapan, dijadikan atlit pebalap beneran? Ide ini gila dan Danny butuh pelatih yang juga gila untuk menjalankan ide ini.
Masuklah Jack Salter (David Harbour) yang akhirnya membuat kegilaan ini menjadi realita. Ditulis oleh Jason Hall dan Zach Baylin, Gran Turismo adalah sebuah film yang dilapisi dengan berbagai klise dari film yang serupa. Kalau Anda pernah melihat plot film 'from zero to hero' dan film biopik tentang atlit, Anda pasti akan bisa menebak setiap jengkal film ini.
Tentu saja ada adegan Jann akan telat audisi ketika dia mau lomba untuk menentukan apakah dia bisa masuk GT Academy. Tentu saja ada adegan dimana tokoh utamanya mengalami trauma berat yang membuat dia mempertanyakan mimpinya. Tentu saja sosok yang paling mempertanyakan soal mimpinya menjadi orang pertama yang ia lihat di adegan klimaks.
Tapi meskipun Gran Turismo dipenuhi dengan berbagai plot yang formulaic, lengkap dengan dialog yang terdengar klise, film ini tetap berhasil mencuri perhatian saya dari awal sampai akhir. Faktor utama yang membuat semua klise itu tetap terasa dramatis adalah komitmen aktor-aktornya.
Orlando Bloom sangat meyakinkan sebagai seorang marketing executive yang menggebu-gebu. David Harbour tahu bagaimana cara menjual semua dialognya dengan intensi yang dibutuhkan film ini. Melihat tatap matanya, saya percaya bahwa karakternya memiliki trauma.
Mungkin bagian paling mengejutkan datang dari Archie Madekwe sebagai Jann Mardenborough. Dalam Gran Turismo saya seperti pertama kali menyaksikan aktingnya meskipun ia muncul dalam dua film yang pernah saya lihat sebelumnya (Midsommars dan Voyagers).
Di film ini ia bisa membuat kenaifan Jann Mardenborough menjadi kekuatannya. Kengoyoan-nya untuk menjadi pembalap terlihat tulus dan bukannya menyebalkan. Chemistry-nya yang baik dengan Harbour dan juga Hounsou membuat Gran Turismo memiliki hati.
Tentu saja secara teknis Gran Turismo adalah sebuah film yang sangat kompeten. Neill Blomkamp tidak pernah gagal menyajikan visual yang menarik. Ada momen-momen seru seperti bagaimana gamer merasa seperti pebalap atau sebaliknya yang membuat film ini terasa berbeda dari film serupa.
Penggunaan drone di film ini juga membuat Gran Turismo menjadi lebih lincah dan liar. Dengan tempo yang baik (134 menit tapi rasanya cepat sekali), Gran Turismo adalah sebuah hiburan yang menyenangkan. Kalau Anda pecinta game-nya, Gran Turismo jelas menjadi tontonan yang tak bisa dilewatkan. Kalau Anda kenal dengan sosok Jann Mardenborough, biopik yang satu ini sama sekali tidak mengecewakan.
Gran Turismo dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International
Simak Video "Video: Nostalgia Lagi! Ini 3 Game Terlaris PS2 Sepanjang Masa"
(ass/ass)