Marvel Cinematic Universe (MCU) kemarin sudah bermain-main dengan horor lewat salah satu episode What If...? yang membayangkan bagaimana jika semua superhero menjadi zombie. Tapi mungkin di Werewolf By Night, MCU benar-benar berubah dari jalur dan mempersembahkan satu tontonan yang benar-benar horor lengkap dengan presentasi hitam putih yang unik. Disutradarai oleh komposer terkenal Michael Giacchino, Werewolf By Night akan menjadi tes penting apakah Marvel bisa sukses mempersembahkan konten yang agak berbeda dari biasanya.
Dalam Werewolf By Night, kita diundang dalam sebuah pemakaman seorang pemburu monster yang terkenal di mana para monster datang tidak hanya untuk menghormati sang mendiang, tapi juga untuk mendapatkan Bloodstone yang menjadi senjata utama si mendiang. Bloodstone ini kuat dan monster siapapun yang menyentuh akan kelihatan aslinya. Kalau dia monster yang pura-pura jadi manusia, maka Bloodstone akan melemahkan kekuatannya.
Di antara semua pemburu monster datanglah Jack Russell (Gael Garcia Bernal), seorang pemburu monster yang tidak hanya misterius tapi juga pemburu dengan angka korban tertinggi. Selain dia, muncul juga Elsa (Laura Donnelly), anak si mendiang yang sebenarnya sudah lama tidak berkomunikasi dengan keluarga. Ibu Elsa sendiri (Harriet Sansom Harris) sudah memperingatkan anaknya untuk tidak ikut, tapi anaknya memaksa. Acara pun dimulai dan kejutan demi kejutan bermunculan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: She-Hulk Episode 8: Ketenangan sebelum Badai |
Menonton Werewolf By Night adalah sebuah pengalaman yang menarik, karena Werewolf By Night sangat berbeda dengan semua produk MCU yang mereka rilis selama ini. Dengan visual hitam putih yang dibuat-buat seolah-olah ini adalah produk horor tahun 30-40-an, Werewolf By Night terlihat mempesona di layar. Apalagi ketika Giacchino menambahkan warna di adegan spesifik (seperti ketika penonton melihat Bloodstone), secara visual Werewolf By Night sangat menarik.
Ditulis oleh Heather Quinn dan Peter Cameron, Werewolf By Night lumayan memberikan banyak rasa dalam durasi yang lumayan singkat (52 menit). Komedinya kering, cenderung gelap. Horornya agak lebih dewasa meskipun tidak terlalu gory, tapi imaji-imajinya mungkin akan membuat penonton di bawah umur terganggu. Tapi yang paling menarik mungkin adalah bagaimana penulisnya menggambarkan kedekatan dua karakter utamanya dengan pondasi pertemanan yang kuat dengan sedikit bumbu romansa sehingga sangat mudah bagi saya untuk fokus ke siapa.
Jujur, saya tidak tahu apakah Werewolf By Night berhubungan langsung dengan MCU. Apakah karakter-karakter itu ada yang muncul atau kisah itu ada hubungannya dengan Phase 4? Tapi yang jelas, eksperimen menarik MCU itu adalah sebuah pengalaman menonton yang menarik. Berkat Werewolf By Night, saya sangat senang menantikan eksperimen-eksperimen gila lainnya dari Marvel.
Werewolf By Night dapat disaksikan di Disney+ Hotstar.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(mau/mau)