Review Beast: Aksi Idris Elba Melawan Singa

Review Beast: Aksi Idris Elba Melawan Singa

Candra Aditya - detikHot
Sabtu, 10 Sep 2022 07:05 WIB
Beast Movie
Foto: XXI Universal
Jakarta -

Film tentang survival yang melibatkan binatang selalu menarik karena kesederhanaannya. Tidak perlu latar belakang yang panjang-panjang tapi dramanya jelas. Mau jenis apapun binatangnya (dan Hollywood hampir sudah mengeksplorasi semuanya), film jenis ini selalu menjadi favorit saya. Dari Jaws sampai The Shallows (hiu) atau Lake Placid sampai Crawl (buaya), film-film survival ini sangat seru untuk ditonton untuk kejutan instan. Beast, dengan bintang Idris Elba, menawarkan kejutan instan yang serupa dan hasil akhirnya, filmnya menyediakan itu semua.

Setelah dibuka dengan cold open yang meyakinkan, kita diajak untuk bertemu dengan Dr. Nate Samuels (Idris Elba) bersama kedua putrinya, Meredith (Iyana Halley) dan Norah (Leah Sava), yang sedang liburan ke Afrika Selatan. Selain untuk liburan, mereka juga mau napak tilas ke kampung halaman mendiang ibu mereka. Semuanya nampak baik-baik saja kecuali sesekali anak Nate yang mengatakan berkali-kali bahwa Nate tidak pernah hadir dalam kehidupan mereka.

Keesokan harinya mereka pergi ke sebuah pemukiman. Di sinilah horor dimulai. Kampung tersebut begitu sepi. Ada kambing yang berdiam diri tapi sisanya seperti kampung hantu. Kemudian mereka melihat mayat di mana-mana. Dalam perjalanan pulang, mereka bertemu dengan singa yang memangsa orang-orang malang ini. Celakanya, Nate bersama kedua putrinya kecelakaan dan sekarang mereka harus bertahan diri melawan si penguasa hutan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari cerita, Beast tidak menawarkan hal yang baru. Ryan Engle sebagai penulis skrip tidak berusaha mengubah apapun dari film sejenis. Tapi setidaknya ia membuat pondasi yang sangat bagus bagi karakter utamanya. Membuat Nate sebagai seorang ayah yang absen membuat drama dalam Beast bergerak sehingga penonton bisa melihat character development dengan jelas.

Tidak bisa dipungkiri bahwa film sejenis bergantung pada kemampuan sutradara mengatur ketegangan. Salah arahan, jadi film yang sungguh buruk. Di tangan yang tepat, film semacam ini menjadi guilty pleasure kelas wahid. Baltasar Kormakur untungnya tahu bagaimana membungkus Beast sehingga ia akhirnya menjadi tontonan yang menyenangkan.

ADVERTISEMENT

Kerja samanya dengan sinematografer Phillipe Rousselot harus diberikan pujian karena mereka berhasil mempersembahkan visual yang paten. Penggunaan shot yang panjang membuat ketegangan dalam film ini terasa nyata. Kebanyakan film sejenis bergantung pada editing yang cepat untuk memanipulasi emosi. Dalam Beast kita melihat teror dalam satu adegan yang panjang, memberikan ilusi realtime yang membuat ketegangannya menjadi pekat.

Yang juga patut mendapatkan pujian adalah CGI singanya. Kalau Anda sempat melihat trailernya, singanya memang tidak begitu meyakinkan. Tapi kalau Anda melihat hasil akhirnya, rekaan CGI dalam film ini jauh lebih baik. Ia terlihat beringas sekaligus gagah pada saat yang bersamaan.

Sebagai aktor papan atas, agak aneh memang Idris Elba jarang mendapatkan peran utama. Dalam Beast ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu karena tidak hanya ia mampu menyampaikan emosi yang perlu disampaikan agar drama bapak-anaknya tersampaikan, tapi ia juga lebih dari kompeten untuk bisa terlihat tangguh saat dia memukul singa. Chemistry-nya dengan Halley dan Sava juga sangat baik sehingga mudah untuk membuat saya percaya dengan dinamika hubungan mereka (kabarnya, anak kandung Elba audisi untuk peran dan malah tidak terima karena chemistry-nya tidak ada).

Dengan editing yang mantap (hanya satu setengah jam), Beast adalah sebuah film yang cocok untuk ditonton apabila Anda butuh tontonan ringan pemacu adrenalin. Film ini sangat sederhana, tidak pretensius dan menggunakan waktunya dengan sangat baik. Lagipula, kapan lagi Anda bisa menyaksikan seorang Idris Elba melawan seekor singa, 'kan?

Beast dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.

---

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.

(aay/aay)

Hide Ads