Memutuskan untuk mengadaptasi novel Firestarter karya Stephen King adalah keputusan yang baik di atas kertas. Pertama, ini adalah kesempatan baik untuk membuat karya yang baik pula karena Firestarter versi 80-an yang dibintangi Drew Barrymore tidak mampu untuk membuat penonton terkesima. Kedua, paduan nostalgia dan Stephen King selalu jadi resep yang baik untuk penonton. Dua jilid It, Gerald's Game, dan Doctor Sleep membuktikannya. 1922 dan In the Tall Grass yang dirilis di Netflix juga lumayan menghibur. Namun sayang sekali, hasil akhir Firestarter yang baru ini tidak berhasil merealisasikan harapan-harapan baik tersebut.
Dibuka dengan adegan yang meyakinkan (seorang bayi yang bisa membakar tempat tidurnya sendiri!), Firestarter menjelaskan tentang latar belakang tokoh utamanya dengan singkat dan jelas. Andy McGee (Zac Efron) dan Vicky (Sydney Lemmon) berpartisipasi dalam sebuah eksperimen yang mengakibatkan mereka mendapatkan kekuatan super. Kalau Andy bisa mengontrol pikiran orang, Vicky mempunyai kemampuan telekinetis. Dan karena ini film horor, Anda akan melihat bola mata menggelinding.
Mereka akhirnya menikah dan sekarang mereka mempunyai anak, bayi yang kita lihat di pembukaan film yang bisa membakar apapun yang ia mau. Bayi tersebut bernama Charlie (Ryan Kiera Armstrong) dan sekarang ia tumbuh menjadi gadis remaja yang akan menjadi monster berbahaya kalau dia sedang marah, ketakutan, atau muak. Sebuah kemampuan yang berbahaya terutama karena dia sekarang masih bersekolah dan dikelilingi oleh bocah-bocah yang akan mengatakan hal apapun hanya karena mereka bosan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Review Senior Year: Tua Tua, Jadi Anak SMA |
Tentu saja kemampuan Charlie untuk membakar apapun langsung bocor ketika dia menjadi korban bully. Sekuat apapun Andy dan Vicky mencoba untuk mengontrol emosi anaknya, mereka tidak bisa mengontrol apa yang akan dilakukan orang lain. Tragedi di sekolah membuat departemen tempat Andy dan Vicky melakukan eksperimen tahu dan akhirnya sekarang mereka dikejar-kejar oleh manusia yang juga memiliki kemampuan super seperti mereka.
Ditulis oleh penulis skenario Halloween Kills, Scott Teems, film ini mempunyai masalah yang sama dengan film horor tersebut. Eksposisinya agak terang-terangan dan Teems bingung untuk menjelaskan kejahatan yang sebenarnya. Apakah membunuh orang lain itu buruk? Bagaimana kalau membunuh orang lain untuk membela diri sendiri? Ditambah dengan dialog yang juga menggelikan, Firestarter terasa seperti membuang semua potensinya.
Sebagai sutradara, Keith Thomas, berusaha keras untuk membuat Firestarter menjadi lumayan dengan membawa John Carpenter sebagai pengisi musiknya. Sayangnya, sekuat apapun John Carpenter membuat musik yang unik, usahanya akan gagal di tengah jalan karena film ini gagal untuk menghadirkan urgensi. Ketegangan yang harusnya menjadi pelekat utama film ini justru menghilang.
Sebagai pemeran utama, Zac Efron memang tidak buruk, tapi sosoknya lumayan mengalihkan perhatian karena ia satu-satunya aktor yang terasa seperti dari dunia lain. Pemain yang lain bentuknya meyakinkan dan nyata, sementara Efron dengan ketampanannya yang luar biasa membuat banyak adegan seperti menguap. Ryan Kiera Armstrong sementara itu tampil meyakinkan sebagai Charlie dengan kemampuannya yang menakjubkan. Tapi mungkin yang bisa dibilang paling bersinar dalam film ini adalah Michael Greyeyes sebagai John Rainbaird. Bertugas sebagai penjahat utama, Greyeyes membuat saya mendukung sepenuhnya apa yang ia lakukan. Dan itu adalah sebuah pencapaian yang luar biasa mengingat dia adalah karakter antagonis.
Tentu saja dibandingkan dengan versi lamanya, Firestarter lebih menang secara teknis. Adegan-adegannya yang berhubungan dengan api dibuat dengan baik dan meyakinkan. Gore yang ditampilkan dalam film ini juga lumayan menggigit meskipun untuk ukuran Blumhouse ini masih main aman. Secara keseluruhan, Firestarter memang bukan film terburuk tahun ini. Tapi film ini mungkin bisa dibilang kandidat terkuat film paling mengecewakan di 2022.
Firestarter dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.
--
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.