Review Uncharted: Ribetnya Nyari Harta Karun

Review Uncharted: Ribetnya Nyari Harta Karun

Candra Aditya - detikHot
Sabtu, 19 Feb 2022 19:05 WIB
Uncharted
Foto: dok. Sony Pictures
Jakarta -

Dengan perjalanan yang begitu panjang (development adaptasi ini dimulai sejak tahun 2008), Uncharted akhirnya tayang juga di layar perak. Hasil akhirnya tergantung dengan ekspektasi penonton. Apakah Anda memainkan game yang mendapatkan pujian luar biasa ini? Apakah Anda menonton karena Tom Holland Atau apakah Anda menonton Uncharted karena rindu dengan blockbuster khas Hollywood yang bisa dinikmati tanpa perlu mikir?

Tokoh utamanya adalah Nathan Drake (Tom Holland), seorang bocah yatim piatu yang merindukan kakaknya, Sam (Rudy Pankow), yang sudah lama menghilang. Sekarang dia sendirian hidup di New York City bekerja sebagai bartender untuk menutupi pekerjaannya yang asli yaitu menjadi pencuri. Nathan punya perangai seperti anak anjing yang menggemaskan sehingga siapapun akan mudah terperdaya oleh kharismanya.

Masuklah ke dalam frame, Sully (Mark Wahlberg). Nama lengkapnya Victor Sullivan tapi dia memaksa semua orang memanggilnya Sully. Orang ini muncul seperti bayangan, tanpa aba-aba dan misterius. Dia menawarkan Nathan pekerjaan yang dia idam-idamkan: kesempatan untuk memecahkan teka-teki dengan hadiah harta karun berupa emas yang katanya bisa bernilai milyaran dollar. Nathan tidak tertarik dengan emas-emas itu. Dia lebih tertarik dengan potensi untuk menemukan kakaknya lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maka bekerja samalah mereka berdua untuk mencari harta karun ini. Tapi bukan film petualangan harta karun namanya kalau kita tidak bertemu dengan penjahatnya. Santiago Moncada (Antonio Banderas) dengan semangatnya akan menggunakan tangan kirinya yang sangat dingin dan tidak segan-segan melumuri lantai dengan darah, Jo Braddock (Tati Gabrielle, diimpor dari serial The Chilling Adventures of Sabrina yang ada di Netflix), untuk membuat rumit perjalanan Nathan dan Sully. Dan petualangan pun dimulai.

Bahkan tanpa memainkan game-nya pun saya merasa bahwa Uncharted lumayan mengecewakan. Mengecewakan dalam artian apa yang saya lihat selama dua jam di film ini tidak ada bedanya dengan film-film petualangan yang sudah pernah ada sebelumnya. Karakter utamanya tidak punya kepribadian yang signifikan, petualangan yang ada sangat basic dan rasa filmnya sangat aman sekali. Tidak ada satu pun momen dimana saya merasa bahwa baik Nathan dan Sully berada dalam bahaya meskipun ada adegan mereka meluncur dari pesawat dan terbang di udara sebelum ditabrak dengan mobil berwarna merah.

ADVERTISEMENT

Tom Holland dan Mark Wahlberg memang bukan aktor yang buruk tapi mereka bermain sangat aman dalam film ini. Saking amannya penampilan mereka terasa sangat deja vu. Susah untuk melepaskan image Spider-Man yang sudah melekat tapi satu-satunya yang membedakan Tom Holland di film Marvel tersebut dengan film ini adalah di film ini dia lebih banyak telanjang dada. Dia masih mengucapkan dialog seperti bocah yang bersemangat dan cerah ceria. Ini agak mengherankan mengingat backstory-nya adalah Nathan Drake seorang bocah yang menderita, hidup sendiri tanpa orang tua dan saudara.

Mark Wahlberg pun juga melakukan hal yang sama seperti Tom Holland. Karena karakter Sully dalam film ini ditulis tanpa lapisan yang berlebih, ia akhirnya menggunakan gaya arogan-tapi-sebenarnya-baik yang sering menjadi template karakternya di film-film lain. Penampilan yang menggigit justru jatuh dari dua karakter perempuan dalam film ini. Kalau Sophia Ali yang berperan sebagai Chloe Frazer membuat saya menjadi fokus karena karakternya sangat abu-abu (menebak apakah dia sebenarnya protagonis atau antagonis adalah salah satu aspek paling menyenangkan dalam Uncharted), maka Tati Gabrielle mengunyah layar setiap kali ia masuk frame.

Sebagai Braddock, Gabrielle tidak hanya berhasil mengucapkan dialog-dialog yang membosankan menjadi punya makna tapi ia juga mempunyai pesona yang sangat besar sehingga film menjadi jauh lebih asyik ketika dia muncul.

Ruben Fleischer sebagai sutradara sesungguhnya sudah berusaha keras untuk menjadikan Uncharted tidak se-basic itu. Secara visual film ini enak dilihat berkat tangan dingin sinematografer Chung-hoon Chung. Fleischer berhasil membuat semua adegan yang harus syuting di green screen terasa real dan tidak terlihat palsu (terutama jika Anda bandingkan dengan Venom yang pertama).

Uncharted sebenarnya memiliki semangat petualangan yang cukupan ketika ia mengajak penonton untuk ikutan berpetualang dan tidak sibuk untuk menampilkan adegan bombastis seperti di akhir film. Ketika Fleischer mengajak penonton untuk menelusuri Barcelona, Uncharted lumayan seru dan terasa misterius, seperti layaknya film petualangan yang baik. Meskipun unsur bahayanya sangat minim, tapi asyik juga melihat bagaimana Nathan, Sully dan Chloe mencoba untuk menyelesaikan teka-teki yang ada di tangan mereka. Tapi sayangnya hal itu tidak berlangsung lama.

Kalau Anda mencintai game-nya setengah mati, sudah bisa dipastikan adaptasi film ini akan mengecewakan Anda. Kalau Anda mencoba mencari hiburan blockbuster Hollywood tanpa mikir, ya film ini adalah jawabannya meskipun apa yang Anda lihat mungkin sudah pernah kita saksikan sebelumnya. Tapi kadang tak ada salahnya juga menonton hiburan yang nggak perlu mikir-mikir amat.

Uncharted dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.




(nu2/nu2)

Hide Ads