Cinderella: Aksi Ella, Si Girlboss

Cinderella: Aksi Ella, Si Girlboss

Candra Aditya - detikHot
Sabtu, 04 Sep 2021 21:04 WIB
Banyak hal baru dan unik dalam film Cinderella (2021) produksi Amazon Prime. Intip deretannya yuk!
Foto: dok. Amazon Prime/imdb
Jakarta -

Seiring dengan berkembangnya zaman, ideologi-ideologi seperti feminism, inclusivity dan lain sebagainya menjadi sesuatu yang lumrah. Sekarang ide-ide progresif tersebut sampai ke titik baru: mereka bisa dijadikan profit.

Gen-Z dan para pengguna TikTok jaman sekarang sudah paham mana yang problematic dan mana yang sudah berkembang. Banyak studio Hollywood melakukan ini. Menyisipkan ide-ide yang dirasa menarik minat penonton generasi baru ke dalam produk mereka yang usang. Kali ini yang mendapatkan suntikan "yass bitch yasss slay" adalah kisah Cinderella.

Bahkan penonton yang tidak pernah menonton satu pun fiilm tentang Cinderella pun pasti familiar dengan kisah gadis yatim piatu cantik ini. Ada berbagai jenis versi yang bisa kalian tonton. Dari yang serius sampai yang animasi. Benang merahnya hampir sama: seorang gadis yatim piatu yang disiksa oleh ibu tirinya, jatuh cinta dengan pangeran, tetap menjadi seseorang yang baik hati sampai akhir hayat dan karena kebaikannya dia mendapatkan keajaiban dan akhirnya menjadi ratu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam Cinderella, musikal terbaru rilisan Amazon yang diperankan oleh Camila Cabello, kita diajak untuk berkenalan (lagi) dengan Ella, seorang gadis yatim piatu yang berkeinginan menjadi seorang fashion designer. Tapi dalam dunia ini perempuan dilarang berjualan. Dunianya masih patriarki ekstrim. Itulah sebabnya ketika dia bertemu dengan Pangeran Robert (Nicholas Galitzine), Ella langsung berbunga-bunga.

Sesuai dengan kisah aslinya, Pangeran Robert langsung kepatil dengan perangai Ella yang tidak biasa. Dia langsung mengundang Ella unuk datang ke pestanya beberapa minggu kemudian. Pangeran Robert mengatakan bahwa disana Ella akan bertemu dengan orang-orang berduit yang cocok untuk menjadi calon customer-nya.

ADVERTISEMENT

Saat hari tersebut datang, ibu tirinya Vivian (Idina Menzel), merusak gaunnya yang tentu saja membuat Ella bersedih. Tapi jangan sedih dulu karena Fairy Godmother alias Fab G (Fabulous Godmother, diperankan oleh Billy Porter) muncul dan menyelamatkan Ella.

Memilih Camila Cabello sebagai pemeran utama karakter ikonik ini adalah sebuah pertaruhan karena dia sebagai seorang aktor, kemampuannya belum teruji. Sebagai penyanyi, Cabello lebih dari kompeten untuk menyanyikan lagu-lagu yang dipamerkan di sepanjang film ini. Tapi sebagai aktor, Cabello masih belum meyakinkan. Tapi ternyata hasilnya lumayan.

Cabello tidak terjerembab ke dalam lubang kegelapan seperti aksi Addison Rae di He's All That. Cabello mempunyai comedic timing yang bagus. Walaupun dia tidak mempunyai kemampuan luar biasa untuk mencuri perhatian seperti Pierce Brosnan atau Minnie Driver, Cabello tidak mengecewakan.

Ditulis dan disutradarai oleh Kay Cannon (penulis Pitch Perfect dan juga orang yang bertanggung jawab atas film remaja seru berjudul Blockers), Cinderella terasa seperti sebuah film yang sangat familiar karena dia adalah perpadun berbagai hal yang penonton sudah lihat sebelumnya. Selain fakta tentu saja bahwa film ini menceritakan kisah Cinderella, film ini terasa seperti basian Pitch Perfect (lengkap dengan jokes-jokes kakunya) yang kemudian dijahit dengan barisan joget ala TikTok. Hasilnya adalah sebuah film yang membuat saya deja vu bahkan sebelum saya sampai ke babak kedua.

Sebagai sebuah musikal, Cinderella memang tidak mencuri perhatian. Kalau Anda melihat In The Heights beberapa bulan lalu, Anda pasti paham yang saya maksud. Di film ini gerakan kamera, koreografi dan warna-warna kostumnya tidak memorable. Dan ini agak mengecewakan mengingat pembuat filmnya sudah sengaja menaruh lagu-lagu populer untuk masuk ke dalam filmnya (dari Material Girl, Seven Nation Army sampai lagu Am I Wrong).

Dan untuk pesan-pesan feminist-nya, ketahuan sekali kalau ide-ide ini pada akhirnya hanya menjadi sisipan. Cinderella pada akhirnya hanya sebatas Fab G yang berbisik, "Yass future queeen yass" ketika membahas soal kesetaraan gender. Ella hanya memikirkan dirinya sendiri ketika berbicara soal feminism. Dia tidak peduli dengan perempuan-perempuan yang lain asalkan dia akhirnya bisa memeluk pangeran.

Meskipun tidak ada yang menonjol, pemain-pemain Cinderella seperti Idina Menzel dan Billy Porter tetap asyik untuk ditonton. Sementara James Corden (yang juga menjadi pencetus ide film ini sekaligus produser filmnya) tampil lemas seperti biasanya. Kalau Anda menonton Cats, Anda bisa membayangkan seperti apa aksinya. Cinderella memang bukan film yang buruk sekali. Ada satu dua momen yang menyenangkan. Tapi pada akhirnya Cinderella yang satu ini tidak memberikan apa-apa yang baru.

Cinderella dapat disaksikan di Amazon Prime.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.




(dal/dal)

Hide Ads