Dua musim Kingdom yang dirilis Netflix semakin mengukuhkan bahwa industri perfilman Korea bisa membuat apa saja. Mereka bisa membuat semua orang menangis, tertawa dan sekarang... ketakutan. Train To Busan lumayan membantu untuk meyakinkan dunia bahwa Hollywood bukan satu-satunya yang bisa memproduksi film zombie dengan baik. Tapi kehadiran dua musim Kingdom tidak bisa dihiraukan begitu saja. Ia tidak hanya menyajikan ketegangan yang optimal tapi juga presentasi audio visual yang ciamik, adaptasi webtoon yang brilian dan plot yang menarik. Kingdom seru bukan hanya karena zombienya. Tapi juga intrik politiknya yang brilian.
Sambil menunggu musim ketiganya yang entah kapan akan rilis, Netflix berbaik hati memberikan kita satu episode spesial bertajuk Ashin of the North yang berfungsi sebagai prekuel Kingdom. Enaknya Ashin of the North adalah Anda tidak perlu menonton dua musim Kingdom untuk mengerti konteks ceritanya. Episode ini berdiri sendiri dan bisa dinikmati secara terpisah. Tapi jika Anda sudah menonton dua musim Kingdom, kisah yang ada dalam Ashin of the North akan membuat Anda melongo.
Setting Ashin of the North terjadi berpuluh-puluh tahun sebelum kejadian di Kingdom. Tokoh utamanya adalah seorang gadis bernama Ashin (Kim Shi-a sebagai Ashin kecil dan Jun Ju-hyun/Gianna Jun sebagai Ashin dewasa) yang tinggal di desa perbatasan. Ashin bersama keluarga dan orang-orang di perbatasan ini adalah orang-orang terbuang. Mereka tidak diakui oleh orang-orang Joseon dan juga orang-orang Jurchen. Hidup mereka kerasa sepertinya menyederhanakan masalah yang ada. Walaupun mereka hidup serba kekurangan, setidaknya Ashin masih punya kedua orang tuanya dan teman-temannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ketika suku Jurchen dan orang-orang Joseon berperang, keluarga dan teman-teman Ashin menjadi collateral damage. Ashin adalah satu-satunya orang yang tersisa. Hidupnya semakin sengsara. Tinggal di kandang babi, menghadapi orang-orang yang memanfaatkannya dan di-sexually harrassed oleh warga sekitar. Ketika satu per satu kenyataan menamparnya, Ashin akhirnya memutuskan untuk balas dendam dengan menggunakan resurrection plant yang seperti kita tahu membuat orang mati menjadi zombie.
Penulis skrip Kim Eun-hee dan sutradara Kim Seong-hun kembali berkolaborasi dalam Ashin of the North. Tangan diri mereka kelihatan sekali dalam 93 menit Ashin of the North. Tidak ada satu pun momen membosankan meskipun teror zombie-nya hanya muncul di setengah jam terakhir. Semua latar belakang cerita dan drama yang terjadi di satu jam pertamanya justru terasa penting karena penonton diajak untuk merasakan semua pahit getir, penderitaan yang dirasakan oleh Ashin.
Dari semua adegan yang membuat Ashin sakit hati, ada satu adegan yang benar-benar menguras emosi. Saat menontonnya saya sampai menitikkan air mata karena nasib karakter utama Ashin of the North ini memang benar-benar menyedihkan. Adegan ini dibuat dengan begitu baik sehingga ketika Ashin memutuskan untuk membalas dendam, saya sebagai penonton benar-benar mendukung 100% apapun yang dia lakukan.
![]() |
Secara visual Ashin of the North sangat melenakan. Bujet Netflix yang tidak main-main kelihatan sekali di layar. Walaupun setting Ashin of the North lumayan terbatas di satu tempat tapi itu tidak membuat episode ini menjadi monoton. Pergerakan kameranya, seperti halnya dalam dua musim Kingdom, sangat membantu untuk membuat deg-degan. Dan warnanya yang sendu dan gelap menambah misteri sekaligus pilu.
Dengan editing yang mantap serta penampilan aktornya yang sangat meyakinkan (Jun Ji-hyun/Gianna Jun sanggup menyampaikan emosi dengan dialog yang terbatas), Ashin of the North adalah sebuah episode yang tidak ingin Anda lewatkan. Ashin of the North tidak hanya berhasil mengenalkan karakter Ashin yang sepertinya menjadi sosok yang krusial di musim ketiga Kingdom tapi ia juga mengisi titik-titik yang belum terisi di dua musim berikutnya. Setelah selesai menonton Ashin of the North, saya tidak sabar untuk menyantap musim Kingdom berikutnya.
Kingdom: Season of the North dapat disaksikan di Netflix.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(tia/tia)