Proyek live action semua katalog animasi Disney adalah pencarian pundi-pundi dolar yang berhasil. Hampir semua proyek ini sukses secara komersial. Live action Lion King misalnya, berhasil meraih raupan dolar sampai satu miliar dolar. Walaupun secara kualitas film tersebut tidak berhasil menyamai film aslinya, tapi penonton berlomba-lomba untuk menyaksikan versi live action-nya (yang sebenarnya juga bukan live action, tapi menggunakan photo-realistic CGI).
Cruella adalah produk terbaru dari proyek live action Disney. Seperti halnya Maleficent (yang terbukti sukses secara komersial), Cruella adalah sebuah prekuel yang mengambil point of view villain-nya yang ikonik. Dalam kasus ini adalah film 101 Dalmatians dan sekuelnya. Banyak orang meragukan proyek ini. Jadi ketika akhirnya Cruella ternyata tidak hanya menjadi salah satu sedikit live action Disney yang bagus, saya bukan satu-satunya orang yang terkejut.
Cruella tentu saja bercerita tentang awal mula Cruella (Emma Stone), si fashion designer yang kejam. Sebelum dia menjadi pembunuh anjing, Cruella adalah Estella, seorang yatim piatu yang melakukan segala cara untuk bertahan hidup di London. Bersama dengan dua sahabatnya, Jasper (Joel Fry) dan Horace (Paul Walter Hauser), mereka bertiga mencuri warga London dengan bantuan anjing-anjing mereka yang menggemaskan.
Estella sendiri sebenarnya punya mimpi lain. Dia ingin menjadi bintang, ia ingin menjadi fashion designer. Dan dia sangat berbakat dalam hal ini. Jasper dan Horace tahu ini. Maka dari itu, mereka mendaftarkan Estella ke salah satu butik mewah di London. Pekerjaan ini akhirnya membawa Estella untuk bertemu dengan Baroness (Emma Thompson), seorang fashion designer yang sangat tersohor. Tak lama bagi Baroness untuk melihat bakat Estella. Tapi kemudian Estella tahu rahasia gelap tentang Baroness. Dan sekarang dia mempunyai misi untuk menghancurkan si fashion designer kenamaan itu.
Yang paling menyegarkan dari Cruella adalah film ini terasa jauh lebih dewasa dari film-film live action Disney lainnya. Tidak ada sub-plot percintaan atau pangeran mencium si putri dalam film ini. Anda akan dihibur dengan sebuah obsesi, sebuah dendam, dan sebuah mimpi. Hal-hal yang penonton dewasa pasti akan sangat relate dengan mudah.
Kalau Anda teringat dengan plot The Devil Wears Prada saat menonton film ini, itu hal yang lumrah, karena salah satu pemberi identitas adalah Aline Brosh McKenna, si penulis skrip film keren tersebut. McKenna bersama Kelly Marcel dan Steve Zissis menulis cerita film ini, sementara skripnya sendiri dikerjakan oleh Dana Fox dan Tony McNamara (nama ini kebetulan adalah penulis skrip The Favourite yang juga diperankan oleh Emma Stone). Skrip yang ramai-ramai dikerjakan lima orang tersebut ternyata menjadi pondasi yang baik, karena Cruella tidak hanya koheren, tapi juga sangat enak untuk diikuti. Ambisi dan aspirasi Estella/Cruella dieksplor dengan baik di sini. Bagi penonton yang muda, tema tentang nature dan nurture juga bisa diserap dengan mudah.
Seperti halnya film Craig Gillespie sebelumnya (I, Tonya), film ini lumayan stylish. Dengan bujet Disney yang tak terhingga, Gillespie mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan film ini dalam audio visual yang benar-benar fenomenal. Soundtracknya luar biasa (walaupun agak sedikit curang dalam memainkan emosi) dan visualnya benar-benar mempesona. Dengan setting 70-an, Gillespie memanfaatkan unsur dekade ini dengan maksimal. Musik-musiknya membakar semangat, sementara visualnya sangat punk-rock. Sesuai dengan karakter utamanya yang rebel/urakan.
Kostum dalam Cruella memegang peran yang sangat penting. Dan tidak ada satu pun kostum dalam film ini yang tidak bagus. Semuanya memanjakan mata dan sesuai dengan karakter-karakternya. Production design-nya juga terlihat sekali mahal.
Yang juga menarik dalam film ini adalah penggunaan handheld kamera yang lumayan dominan. Gerakan kamera yang liar ini sangat mewakili jiwa Cruella yang meledak-ledak. Sangat membantu penonton untuk merasakan excitement yang dirasakan karakternya.
Baca juga: Emma Stone Dipuji Sutradara Perankan Cruella |
Emma Stone lebih dari meyakinkan memerankan karakter ini. Stone yang mempunyai comedic timing yang sangat bagus, sangat ahli dalam menyampaikan dialog sarkas dengan paripurna. Dan ketika adegan dramatis muncul, Stone mengunyahnya tanpa halangan apa pun. Sementara itu sebagai karakter antagonis, Emma Thompson terlihat sangat bersenang-senang menjadi karikatur yang larger than life. Adegan-adegan yang melibatkan kehadirannya benar-benar menggetarkan. Dan ketika dia berada di satu frame dengan Emma Stone, keajaiban terjadi.
Cruella tentu saja adalah tontonan blockbuster yang sangat formulaik. Anda bisa menebak ke arah mana film ini bergerak. Kejutannya tidak menggelora. Tapi bukan berarti itu mengurangi kenikmatan film ini.
Cruella dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop di Indonesia.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(mau/mau)