Salah satu kritik terkeras dari karya-karya animasi Disney sebelumnya adalah karakter perempuannya tidak mempunyai aspirasi yang lebih tinggi daripada sekadar mencium pangeran tampan. Disney princess kebanyakan pasif. Mereka hanya menanti dan menunggu untuk diselamatkan.
Ariel mendambakan pangeran tampan. Cinderella butuh ibu peri untuk membawanya ke pangeran tampan. Putri Salju butuh pria yang juga tampan untuk menciumnya agar bangkit dari tidurnya. Gara-gara inilah Disney akhirnya memproduksi film-film dengan karakter perempuan yang tangguh.
Produksi mereka yang terbaru, Raya and the Last Dragon, menampilkan Disney Princess paling tangguh sejauh ini. Dan ia menawarkan petualangan yang tiada duanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ratusan tahun yang lalu di sebuah tanah bernama Kumandra, ada sebuah roh jahat bernama Druun yang tugasnya adalah menghancurkan semuanya. Mereka mengubah manusia menjadi batu. Naga-naga bertugas untuk melindungi manusia. Dan ketika manusia di Kumandra memilih untuk berpisah dan membagi Kumandra terbagi atas lima suku, naga-naga terakhir mengorbankan mereka untuk menjaga kedamaian Kumandra.
Sebuah bola kristal terbentuk untuk menjaga tanah Kumandra dari Druun. Chief Benja (Daniel Dae Kim) dari suku Heart menjaga bola kristal ini. Raya (Kelly Marie Tran) dilatih
keras oleh sang ayah untuk menjaga kristal ini. Keinginan terbesar Chief Benja adalah menyatukan kembali Kumandra.
Dia ingin kelima suku untuk kembali bersatu seperti sedia kala. Itu sebabnya dia mengundang semua orang untuk datang ke kediamannya agar mereka bisa memulai awal dari sebuah perdamaian.
Dalam pertemuan ini Raya bertemu dengan putri dari suku lainnya, Namaari (Gemma Chan). Mereka mempunyai banyak kesamaan. Mereka ahli bela diri, mereka putri satu-satunya, mereka diasuh oleh orang tua tunggal. Saking banyaknya kesamaan, tidak lama bagi Raya untuk mengundang Namaari ke tempat mereka menyimpan bola kristal.
Tapi ternyata ini hanyalah akal bulus Namaari dan ibunya dari suku Fang. Dia ingin merebut bola kristal. Perpecahan terjadi. Semua suku datang untuk mencoba merebut bola kristal.
Dalam prosesnya bola kristal pecah menjadi lima bagian dan kelima suku berhasil mendapatkan satu pecahannya. Bagian terburuk dari pecahnya bola kristal ini adalah munculnya kembali Druun. Dengan cepat mereka langsung mengubah orang-orang menjadi batu, termasuk ayah Raya.
![]() |
Kini Raya mempunyai misi untuk mengumpulkan pecahan bola kristal tersebut agar ia bisa mengembalikan semuanya seperti semua dan terutama, menyelamatkan lagi ayahnya. Raya and the Last Dragon menjadi film yang amat ditunggu-tunggu penggemar Disney karena ini pertama kalinya Disney tertarik untuk membawa budaya Asia Tenggara ke layar lebar. Anda bisa melihat pengaruhnya dalam film ini.
Semua budaya negara-negara Asia Tenggara bersatu di film ini. Menunjuk bagian mana yang terinspirasi dari negara mana adalah salah satu bagian menarik saat menonton film ini (ada wayang!).
Ditulis oleh Qui Nguyen dan Adele Kim (yang juga menulis adaptasi Crazy Rich Asians), Raya and the Last Dragon adalah sebuah film keluarga yang sangat memuaskan. Petualangan Raya dalam film ini tidak hanya mengasyikkan, seru dan kocak tapi juga sangat emosional.
Semua penonton pasti paham sekali alasan kenapa Raya begitu ngoyo untuk berjuang mendapatkan batu kristal. Semua penonton pasti akan paham alasan kenapa karakter-karakternya melakukan hal-hal yang mereka lakukan. Bahkan karakter yang kesannya antagonis memiliki fungsi dan motivasi yang jelas.
Menggabungkan budaya Asia Tenggara dengan storytelling Hollywood ternyata membuat Raya and the Last Dragon menjadi entry Disney yang paling menghibur dan inspiring, sejauh ini. Karakter-karakternya memorable dan adegan aksinya mempesona. Disney sama sekali tidak berniat untuk kompromi dalam hal ini.
![]() |
Meskipun karakter utamanya perempuan, adegan aksinya brutal dan menegangkan. Tidak ada satu pun momen di film ini yang dihabiskan untuk hal yang tidak perlu. Baik Raya maupun Namaari sama-sama fokus dengan kesejahteraan suku mereka yang mana membuat film ini jauh terasa lebih penting daripada animasi-animasi Disney sebelumnya.
Tanpa naga pun, Raya and the Last Dragon sudah menjadi film yang asyik. Tapi begitu Sisu (Awkwafina) muncul sebagai naga terakhir dengan kepolosannya dan kesucian hatinya, film ini berubah menjadi jauh lebih menyenangkan dan 100% jauh lebih kocak. Aksinya benar-benar mengundang tawa dan pada saat yang diperlukan, menambah adrenalin.
Tentu saja sebagai produksi Disney, presentasi Raya and the Last Dragon sangatlah memukau. Animasinya top notch. Setiap karakter dibuat dengan telaten dan teliti. Ekspresi mereka terlihat dengan sangat jelas yang akhirnya membuat penonton dengan mudah merasakan emosi mereka. Environment-nya dibuat dengan sangat indah sehingga frame mana pun bisa Anda curi dan bisa menjadi wallpaper yang bagus.
Ditambah dengan pengisi suara yang paten dari Kelly Marie Tran, Awkwafina, Gemma Chan, Daniel Dae Kim, Benedict Wong sampai Sandra Oh, Raya and the Last Dragon akhirnya menjadi sebuah tontonan keluarga yang wajib Anda saksikan di layar lebar. Jangan lupa menyiapkan tisu karena di tengah keindahan dan keseruan di dalamnya, film ini menyusupkan momen-momen emosional yang akan membuat Anda bercucuran air mata.
Raya and the Last Dragon dapat disaksikan di seluruh jaringan bioskop
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
(doc/doc)