'Zombieland Double Tap', 10 Tahun Kemudian di Dunia Zombie

'Zombieland Double Tap', 10 Tahun Kemudian di Dunia Zombie

Candra Aditya - detikHot
Sabtu, 26 Okt 2019 12:22 WIB
Foto: imdb.
Jakarta - Membuat komedi horor yang berhasil adalah sebuah pekerjaan yang tidak mudah. Tanya saja Ruben Fleischer yang membutuhkan 10 tahun untuk membuat sekuel dari sleeper hit pada 2009 berjudul Zombieland. Bagi para pecinta horor dan komedi, Zombieland mungkin versi "murah" dari Shaun of the Dead yang jauh lebih superior dan jokes-jokesnya lebih berkelas. Tapi tetap saja, dengan sensibilitas humor Hollywood, Zombieland jauh lebih perkasa dibandingkan dengan film-film sejenis. Resepnya adalah jokes-jokes yang mudah dimengerti, terkadang liar dan tentu saja barisan cast yang solid. Jesse Eisenberg, Emma Stone, Abigail Breslin dan tentu saja Woody Harrelson mempunyai chemistry yang sangat apik sehingga semua humor yang ada di skrip bisa diterjemahkan dengan baik di layar. Menyaksikan Zombieland tidak hanya menyaksikan sebuah komedi tentang orang-orang yang berusaha bertahan hidup dari gigitan zombie dengan cara yang sangat lucu tapi juga orang-orang kesepian yang berusaha untuk menjadi satu keutuhan.

Zombieland tentu saja tidak memerlukan sekuel. Filmnya berdiri sendiri dan bisa dinikmati kapan saja. Tapi baik pembuat maupun penontonnya tahu bahwa menyaksikan Zombieland adalah cara yang paling menyenangkan untuk menghabiskan waktu luang. Berdasarkan interview-interview yang saya lihat dan baca, para pembuat dan pemain Zombieland membutuhkan waktu satu dekade untuk mencari skrip terbaik. Selama 10 tahun tersebut banyak yang berubah. Ruben Fleischer melahirkan Venom yang meskipun banyak dikritik tapi sukses luar dalam, duo penulis Rhett Reese dan Paul Wernick memperkenalkan Deadpool kepada dunia, Emma Stone memenangkan Oscar, Woody Harrelson join dunia Hunger Games dan Jesse Eisenberg lalu lalang di film-film yang berkelas. Setelah menyaksikan Zombieland Double Tap, ternyata penantian tersebut tidak sia-sia.

Masih menggunakan formula yang sama, kita kembali dipertontonkan dunia dalam Zombieland melalui narasi dari Columbus (Jesse Eisenberg). 10 tahun yang lalu kita menyaksikan seorang laki-laki gugup yang sepertinya punya masalah untuk mingle dengan orang lain. Kali ini dia lumayan content karena dia bisa bermesraan dengan Wichita (Emma Stone) di Lincoln Bedroom. Little Rock (Abigail Breslin) sedang puber dan sedang ada dalam masa dia benci semua orang. Satu-satunya yang tidak berubah mungkin Tallahassee (Woody Harrelson) yang masih liar seperti sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kita semua tahu bahwa grup ini terlalu disfungsional untuk bertahan selama-lamanya. Ketika Columbus melamar Wichita tentu saja respon pertama Wichita adalah kabur. Kebetulan Little Rock juga bosan dengan rong-rongan Tallahasse yang bertindak seolah-olah dia bapaknya. Melihat Columbus dan Tallahassee bersedih melihat teman mereka pergi adalah hal yang lumayan menyentuh. Tapi kesedihan mereka tidak bertahan lama karena muncul Madison (Zoey Deutch) yang membuat petualangan mereka kembali berwarna.


[Gambas:Video 20detik]



Mengajak Dave Callaham sebagai partner menulis, cerita dalam Zombieland Double Tap sebenarnya mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh film pertamanya. Jika Anda menonton film pertamanya, film ini rasanya sama persis. Bagi penonton yang menginginkan sesuatu yang baru, cerita dalam Zombieland Double Tap ini terasa seperti tidak ada improvement atau bahkan eksperimen untuk melakukan yang lebih. Tapi bagi penggemar Zombieland fanatik, apa yang ada di dalam film ini adalah hadiah.

Untungnya trio penulis Zombieland Double Tap tidak membuat penonton kebosanan. Hampir tiap menit kita disajikan timbunan jokes tanpa henti. Beberapa sangat berhasil, beberapa tidak terlalu. Tapi semuanya tetap terasa fresh. Tambahan karakter yang diperankan oleh Rosario Dawson, Luke Wilson, Thomas Middleditch dan Zoey Deutch membuat dunia Zombieland Double Tap menjadi lebih luas. Zoey Deutch terutama adalah tambahan karakter yang sangat brilian karena apapun yang dia lakukan di dalam film ini membuat Zombieland Double Tap terasa sangat lucu.

Dalam film ini mereka pun berusaha menambahkan unsur bahaya dengan memperkenalkan beberapa kategori zombie, termasuk zombie T-800 yang lebih pintar, lebih kuat dan lebih bersemangat dan memakan orang. Meskipun film ini seperti film sebelumnya tidak tertarik untuk membuat sebuah film zombie yang serius dengan bahaya mengancam ala 28 Days Later tapi kategori-kategori zombie baru ini lumayan cukup membuat dunia Zombieland Double Tap menjadi segar.

Secara visual Ruben Fleishcer tetap mempersembahkan film ini dengan warna-warna mencolok seperti film sebelumnya. Yang membedakan dari film sebelumnya mungkin adalah bagaimana di klimaks film ini kita akhirnya melihat sebuah komunitas manusia yang bertahan hidup. Berbeda dengan klimaks film sebelumnya yang sepi, klimaks dalam Double Tap terasa jauh lebih serius.




Para pemain dalam film ini bermain dengan baik dan semangat kecuali Emma Stone yang entah kenapa terasa sangat lesu dan malas-malasan. Woody Harrelson, Jesse Eisenberg dan Abigail Breslin terasa seperti tidak pernah berhenti menjadi karakter mereka selama 10 tahun terakhir. Rosario Dawson sangat bad-ass. Thomas Middleditch dan Luke Wilson menyumbangkan tawa yang signifikan. Tapi memang MVP player dalam Zombieland Double Tap adalah Zoey Deutch. Dia bisa membuat karakter yang terasa hanya di permukaan menjadi punya kendali. Hati-hati dengan kemunculannya. Tawa Anda tidak akan berhenti ketika Madison mulai membuka mulut.

Dengan post-credit scene yang luar biasa lucu, Zombieland Double Tap adalah sebuah keriaan yang tidak ingin Anda lewatkan. Film ini seperti sebuah pengingat kepada kita apa saja yang sudah berubah selama 10 tahun terakhir. Sit back, relax dan seperti kata Columbus, just enjoy little things.

Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.


(dar/dar)

Hide Ads