Steppenwolf berusaha keras mendapatkan Mother Boxes yang tersimpan dengan rapi di bumi. Ada tiga Mother Boxes yang jika berhasil didapatkan oleh Steppenwolf, kehancuran Bumi akan segera datang. Bruce Wayne/Batman (Ben Affleck) mengetahui hal ini. Ia segera mengontak Diana Prince/Wonder Woman (Gal Gadot) untuk menjalin koalisi. Seperti yang disugestikan di Batman v. Superman, mereka pun mengontak pahlawan super lainnya. Barry Allen/The Flash (Ezra Miller) adalah satu-satunya yang langsung ikut tanpa banyak cing cong. Arthur Curry/Aquaman (Jason Momoa) memberikan punggung ketika Wayne menawarkan untuk bergabung. Sementara itu, Victor Stone/Cyborg (Ray Fisher) melakukan investigasi sebelum akhirnya setuju untuk bersama.
Mereka semua sepakat untuk menyelamatkan Bumi ketika mereka tahu bahwa Steppenwolf tak bisa dibantai sendiri. Mereka menyaksikan betapa sakti mandraguna si alien. Keinginannya untuk menjajah bumi dan meratakan isinya dengan tanah tak bisa diganggu gugat. Masa depan umat manusia terlihat seperti langit mendung dan hanya para Justice League yang bisa menyelamatkannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Masa depan universe DC yang kelam ini kemudian menjadi agak sedikit memiliki punya harapan ketika Patty Jenkins membuktikan bahwa ia bisa mengubah materi DC menjadi salah satu film superhero yang menyenangkan lewat Wonder Woman musim panas ini. Wonder Woman tidak hanya berhasil mengeruk banyak dollar dan menjadi favorit para kritikus namun juga menjadi icon feminist yang begitu paripurna sampai-sampai James Cameron tidak tahan untuk tidak berkomentar. Kehangatan karakter Diana, sifatnya yang begitu pure dan kenyataan bahwa filmnya tidak 'segelap' Batman v. Superman yang akhirnya membuat Justice League agak sedikit beda jalur jika dibandingkan dengan film sebelumnya.
Ditulis oleh Chris Terrio dan Joss Whedon—nama terakhir adalah sutradara dua film Avengers—Justice League akan dicatat sejarah sebagai film yang akan membuat Anda lega bahwa film ini tampil dengan cukup koheren. Tidak ada logika yang maksa seperti Batman v. Superman. Tidak ada penjahat yang terlalu karikatur untuk membuat penonton simpati. Semuanya sesuai dengan formula yang berhasil membuat film ini digandrungi para penonton film. Termasuk di antaranya adalah banyaknya one-liners kocak. Dalam Justice League, kalimat-kalimat penuh penghiburan itu keluar dari mulut The Flash. Bahkan Zack Snyder, sang sutradara, juga mengutak-ngatik Batman dalam film ini. Tidak ada lagi keseriusan penuh amarah seperti yang ditampilkan dalam Batman v. Superman. Kita bahkan melihatnya nyeletuk, "Setidaknya saya tidak membawa garpu," ke Aquaman.
Tapi rasa bersyukur penonton hanya berhenti di situ saja. Sebagai sebuah film superhero, Justice League adalah sebuah produk generic yang tidak lebih sensasional daripada film-film superhero yang lain. Kita sudah melihat film seperti ini beberapa kali, baik dari Marvel, DC atau lain-lain. Susah untuk membuat sebuah film tentang sekumpulan para pahlawan super menyelamatkan dunia tanpa mengkorbankan character development dan motivasi para karakter. Poin terpenting adalah penonton bisa mengikuti cerita, mereka bersatu, kemudian bersama-sama mereka menghabisi sang penjahat.
Hampir semua karakter utama di sini tidak memiliki emosi yang lebih kompleks daripada ketakutan mereka atas kehancuran dunia. Diana yang tampil begitu sakti dalam Wonder Woman hanya bergerak sebagai salah satu pahlawan di antara pahlawan-pahlawan yang lain. Tidak ada inner conflict, tidak ada character's journey. Kemudian semua ini ditambah dengan karakter penjahat yang begitu generic dan basi sampai-sampai kita tidak melihat bentuk aslinya karena semuanya adalah rekaan komputer. Tidak ada motivasi yang lebih canggih daripada 'karena saya memang jahat'. Lupakan soal karakter yang tiga dimensional, Steppenwolf hanya hadir agar para pahlawan ini bisa berkumpul dalam satu frame yang sama.
Dengan banyaknya film-film superhero yang dirilis tiap tahunnya, tugas DC untuk menghadirkan sebuah tontonan yang lebih baik dari Batman v. Superman sangatlah berat. Apalagi tahun ini Logan berani tampil dengan luka dan teriakan pahit. Tapi jika DC dan Warner Bros. bisa melahirkan produk seperti Wonder Woman, harusnya mereka bisa melahirkan film yang lebih dari Justice League. Film ini bukanlah film yang buruk, tapi mungkin Anda akan merasakan deja vu saat menyaksikannya di dalam kegelapan bioskop. (nu2/nu2)