Pasukan ini diimpor dari penjara dengan pengamanan maksimum. Anggotanya diketuai oleh Floyd Dawton/Deadshot (Will Smith), seorang tentara bayaran yang tidak pernah meleset dalam membunuh. Kemudian ada Harley Quinn (Margot Robbie), mantan psikiater Joker (Jared Leto) yang menderita Stockholm Syndrome dan akhirnya menjadi sama-sama gila. Ada juga Boomerang (Jai Courtney) kriminal pecinta unicorn. Diablo (Jay Hernandez), lelaki bertato yang bisa mengeluarkan api dari tubuhnya. Dan terakhir adalah Killer Croc (Adewale Akinnuoaye-Agbaje).
Misi mustahil ini dipimpin oleh Rick Flag (Joel Kinnaman) yang sekarang sedang galau karena kehadiran Enchantress membuat kekasihnya June menghilang (keduanya diperankan oleh Cara Delevingne). Dengan para kriminal di belakangnya, pasukan ini pun turun ke jalan dan siap menghajar siapapun yang ada di hadapan mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara sekilas, film ini memang memberikan itu semua. David Ayer membentuk film ini seperti sebuah pesta yang meriah. Itu adalah satu-satunya cara paling valid untuk menunjukkan betapa seru menonton film tentang pasukan superhero yang sepenuhnya beranggotakan para kriminal. Dengan warna-warni cerah, dialog-dialog kocak yang muncul dari mulut Harley Quinn dan soundtrack non-stop sepanjang film, ‘Suicide Squad’ memperlihatkan keseruan itu secara instan.
Namun jika Anda mau benar-benar serius memperhatikan, film ini sebenarnya tidak ada bedanya dengan film-film superhero lain. ‘Guardians of Galaxy’ milik Marvel jauh lebih “edgy” dibandingkan film ini (keduanya mempunyai premis yang mirip: an unlikely hero). Mereka bisa saja diperkenalkan sebagai para penjahat yang paling bangsat, tapi tetap saja di akhir film mereka berpegangan tangan.
David Ayer pun sepertinya tidak tahu bagaimana cara melukiskan para penjahat yang beneran terlihat seperti penjahat. Berbeda dengan film-film dia sebelumnya seperti ‘End of Watch’ atau bahkan ‘Fury’, Ayer selalu tahu bagaimana cara memberikan attitude yang “benar” terhadap karakternya. Di film ini, kita berulang melihat dan mendengar para karakter ini menyatakan diri sebagai penjahat hanya supaya kelihatan bahwa mereka orang jahat. Sementara apa yang mereka lakukan justru unyu. Kontras dua hal ini yang akhirnya membuat pengakuan para karakter di filmnya menjadi hiasan semata.
Dengan skrip yang lemah dan musuh yang begitu menggelikan, kita hanya bisa berharap bahwa Ayer mengantarkan kita kepada momen-momen kecil yang seru. Sayangnya, ia terlalu sibuk untuk mencari berbagai lagu sebagai pengiring adegan sehingga lupa untuk memberikan kedalaman karakter. Dengan berjubelnya karakter dalam film ini, wajar memang jika spotlight-nya hanya akan berada pada beberapa karakter saja. Namun karakter yang menjadi highlight itu pun tidak mempunyai kedalaman yang kuat untuk menjadi tiga dimensi.
Hasilnya ya standar saja. Melihat Jared Leto dan Margot Robbie berteriak-teriak menembaki Batman (Ben Affleck) memang lucu tapi rasanya hambar saja. Memang, dibandingkan dengan ‘Batman v. Superman: Dawn of Justice’, ‘Suicide Squad’ menawarkan aura seru yang kuat. Banyak momen lucu yang bisa membuat Anda meringis. Dan kebersamaan para penjahat ini memang unik. Tapi dibutuhkan lebih dari unik dan gaya keren untuk membuat film yang seru dan keren.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)