'Sicario': Iblis dalam Labirin Mimpi Buruk

'Sicario': Iblis dalam Labirin Mimpi Buruk

Candra Aditya - detikHot
Senin, 05 Okt 2015 16:45 WIB
Sicario: Iblis dalam Labirin Mimpi Buruk
Jakarta -

Ada aura iblis tak terlihat yang berkeliaran di sepanjang film ini. Beberapa tahun lalu sutradara Denis Villeneuve meledak melalui ‘Incendies’ diikuti dengan penampilan prima semua bintang dalam ‘Prisoners’ dan membuat Jake Gyllenhaal kebingungan dalam ‘Enemy’. Tahun ini, Villeneuve melanjutkan kegemilangannya melalui ‘Sicario’; drama thriller yang menjawab sebuah labirin mimpi buruk yang akan membuat Anda terperangah.

Kate Macer (Emily Blunt) memulai film dengan misi pencarian orang hilang yang akhirnya membawanya pada sebuah penawaran menarik dari bosnya. Adalah Matt Graver (Josh Brolin), seorang ketua tim yang memberitahunya bahwa dia bisa membawanya ke bos yang bertanggung jawab atas ledakan bom kalau Kate mau bekerja sama. Kate setuju karena tidak ada yang dia inginkan di dunia ini selain keadilan. Bertemulah Kate dengan Alejandro (Benicio del Toro), seorang mata-mata yang tahu seluk beluk Meksiko seperti kepalan tangannya sendiri.

Misi ini berjalan dengan keganjilan yang membuat Kate gelisah. Graver, dengan gaya bossy-nya memberitahu Kate bahwa begitulah cara orang yang sudah berpengalaman bekerja. Kate menghiraukan nalurinya dan mengikuti misi ini sampai akhirnya dia dihadapkan pada sebuah kenyataan yang terburuk yang pernah ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

‘Sicario’ dalam bahasa spanyol berarti pembunuh bayaran. Di tangan Taylor Sheridan, sang penulis skrip, ‘Sicario’ berarti ledakan tanpa henti. Film ini adalah sebuah drama thriller lezat yang menempatkan penonton bukan hanya sebagai pengamat, tapi juga peserta dalam misi. Skrip ini kemudian beralih menjadi granat begitu Villeneuve turun tangan.

Dari awal, film ini akan membuat Anda memegang erat kursi bioskop. Opening-nya yang luar biasa menjadi set up yang sempurna atas apa yang akan terjadi. Villenueve tidak hanya handal dalam mengatur ketegangan tapi juga master dalam mengatur tempo. Setiap momen yang bergulir terasa seperti sebuah teka-teki yang benar-benar menghipnotis. Didukung dengan kamera Roger Deakins yang liar dan musik dari Jóhan Jóhannsson yang bikin merinding, ‘Sicario’ sukses meneror penonton sampai end credits bergulir.

Sekilas, ‘Sicario’ bisa dibandingkan dengan ‘Silence of the Lambs’ tanpa kehadiran Hannibal Lecter. Kegigihan Kate Macer untuk bekerja sesuai dengan protokol dan kenyataan pahit ketika dia tahu apa yang sebenarnya terjadi mirip dengan apa yang dirasakan Jodie Foster dalam film arahan Jonathan Demme tersebut. Dan, Villenueve menemukan Emily Blunt yang begitu pas untuk memasuki roh Macer dengan berani.

Blunt yang sering bermain di film drama dan komedi romantis mulai mencuri perhatian ketika dia menjadi sorotan dalam ‘Edge of Tomorrow’. Dalam ‘Sicario’, Blunt tidak hanya meluapkan semua emosinya, namun menjadi kompas moral yang menjadi pegangan penonton. Ketika dia gelisah, Anda akan ikutan galau. Sebegitu kuatnya peran Blunt dalam film ini. Di sisi lain, Josh Brolin menggunakan kekuatan aktingnya untuk mengelabui Kate dan penonton dengan gaya sok tahunya yang menyebalkan.

Tapi, Benicio del Toro-lah yang menjadi amunisi terakhir. Tatapannya yang kosong akan membuat Anda bertanya-tanya siapa sebenarnya Alejandro. Begitu Anda tahu siapa dia dan motivasi dia yang sesungguhnya, bersiaplah untuk menghadapi monster ganas. Toro menyampaikannya dengan luar biasa.

‘Sicario’ adalah sebuah film klasik modern yang sanggup mengaburkan batas antara film Hollywood dan arthouse. Villeneuve sekali lagi mengejutkan kita setelah ‘Prisoners’ dan ‘Enemy’ yang brilian. Dengan penampilan semua aktor yang prima, skrip yang paten dan penyutradaraan yang masterful, film ini adalah sebuah thriller yang tidak ingin Anda lewatkan.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads