Kemudian muncullah 'Elysium' yang dirilis beberapa tahun lalu dengan bintang Matt Damon. Blomkamp sekali lagi menunjukkan bahwa dia seorang sutradara dengan visualisasi setinggi langit. Tidak ada satu pun adegan dalam 'Elysium' yang tidak menggetarkan; semua adegan CGI-nya mencengangkan. Namun, secara cerita, orisinalitas, dan kesegaran visi yang dia tunjukkan dalam 'District 9' tidak muncul di 'Elysium'. Kali ini dengan 'Chappie', Blomkamp siap menunjukkan bahwa dia masih orang yang sama.
Di dunia pada masa yang akan datang, di Johannesburg, Afrika Selatan, polisi-polisi dibantu oleh robot artificial intelegence yang canggih. Kriminalitas jelas menurun. Para pelaku kejahatan pun sembunyi-sembunyi. Si maestro di balik para polisi robot ini adalah Deon (Dev Patel) yang terobsesi untuk membuat robot seperti manusia, bisa merasakan dan terus menerus belajar.
Setelah akhirnya sukses meramu rumus, Deon dengan penuh semangat mendatangi Michelle Bradley (Sigourney Weaver, yang kemungkinan akan reuni lagi dengan Blomkamp dalam seri 'Alien' berikutnya) dan memintanya untuk mengabulkan permintaannya. “Robot ini akan bisa menilai sebuah karya seni,” kata Deon dengan mata berbinar-binar. Tapi, seperti halnya CEO kapitalis lainnya, Bradley tidak melihat ide ini bisa menghasilkan uang. Dia hanya ingin Deon menghasilkan robot-robot polisi lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Premis film ini bisa saja dilihat dalam berbagai film Hollywood yang lain. Misalnya pada 'The Iron Giant', animasi Brad Bird yang mempunyai area yang sama. Tapi, Blomkamp adalah sosok yang modern. Ketertarikannya dengan budaya pop membuatnya berbeda dengan sutradara yang lain —itulah sebabnya kita tidak bisa membandingkan 'Chappie' dengan 'A.I.'-nya Steven Spielberg. Siapa pula yang bisa menyalahkan Blomkamp kalau dia memaksa penonton untuk melihat robot yang seperti bayi baru lahir ini akhirnya belajar menjadi gangster dalam didikan Ninja (Watkin Tudor Jones), Yolandi (Yolandi Visser) —keduanya bermain sebagai versi fiktif dari mereka sendiri— dan America (Jose Pablo Cantillo)? Itulah menariknya.
Berbeda dengan pendekatan yang dilakukan Nolan terhadap setiap filmnya yang harus terlihat teknis dan akademis seperti 'Inception' atau 'Interstellar', Blomkamp tidak pernah tertarik untuk terjerumus terlalu jauh dalam detail. Dia justru lebih asyik untuk bermain-main dengan karakter ciptaannya. Bersama dengan Terri Tatchell —kolaborasi kedua mereka setelah 'District 9'— mereka berdua siap-siap mengocok perut Anda dengan kelakuan Chappie yang begitu kocak dalam usahanya menjadi penjahat.
Sayangnya, saking asyiknya terhadap sosok Chappie, mereka berdua lupa untuk memberika raga terhadap karakter manusianya. Kecuali ketiga gangster yang menjadi keluarga Chappie, sosok-sosok seperti Deon, Michelle Bradley dan apalagi si penjahat Vincent Moore (Hugh Jackman dengan potongan rambut kocak dan celana kargo pendek) hanya terlihat seperti plot device ketimbang sebagai karakter tiga dimensi. Selain berguna untuk menggerakkan plot, mereka tidak mempunyai kontribusi apa-apa.
Selain itu, cara Blomkamp untuk memindahkan mood dari kocak ke action dan ke drama juga terasa terlalu dipaksakan. Porsinya pun kurang imbang yang membuat penonton menjadi agak berjarak dengan emosi yang diinginkan oleh Blomkamp.
Meskipun begitu, 'Chappie' tetap saja mentereng di antara film-film sejenis. Selain kegigihan Blomkamp untuk membuatnya penuh dengan kepribadian —potongan tubuh manusia, darah dan kata-kata kotor— 'Chappie' juga sangat asyik untuk disimak karena sosok si Chappie itu sendiri yang sangat mencuri perhatian.
Setelah langganan dengan Blomkamp, Sharlto Copley tidak mengecewakan untuk meminjamkan talentanya. Copley bisa jadi saingan Andy Serkis dalam hal motion capture performer. Copley tidak hanya bisa meyakinkan sebagai robot yang baru belajar namun juga berhasil menyita perhatian bahkan kalau kita tidak bisa melihat wujud aslinya.
Dev Patel, Hugh Jackman dan Sigourney Weaver tidak bisa bersinar sepenuhnya karena panggung mereka justru dicolong oleh Ninja, Yolandi dan Jose Pablo Castillo. Ninja dan Yolandi yang merupakan anggota band hip-hip rap Die Antwoord memiliki chemistry yang bagus satu sama lain dan juga dengan Sharlto Copley sebagai Chappie. Aura mereka terlalu bombastis sampai-sampai karya musik mereka yang juga menggelegar dipergunakan Blomkamp untuk meramaikan suasana.
Filosofi hidup dalam 'Chappie' soal jiwa manusia memang menggelikan. Dan, akhir film yang diarahkan untuk adanya sekuel memang membuat 'Chappie' seperti urusan yang belum selesai. Namun petualangan robot yang mencoba berusaha keras untuk memahami dunia yang tidak ramah ini tetap saja fresh, lucu dan kadang menggetarkan hati. 'Chappie' mungkin belum bisa menyamai keliaran imajinasi Blomkamp di 'District 9'. Tapi, senang rasanya melihat Blomkamp kembali memiliki kepercayaan diri yang sempat absen.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)