'The Hobbit: The Battle of Five Armies': Perang Pamungkas yang Klimaks

'The Hobbit: The Battle of Five Armies': Perang Pamungkas yang Klimaks

- detikHot
Kamis, 18 Des 2014 11:04 WIB
Jakarta - Satu dekade yang lalu kita melihat kegemilangan filmmaker hebat bernama Peter Jackson. Episode terakhir dari trilogi 'Lord of the Rings' tidak hanya menghancurkan box office namun juga berhasil menaklukkan Oscar dengan membawa sebelas piala. Hanya 'Ben Hur' dan 'Titanic' yang berhasil mendapatkan prestasi yang sama. Melihat guncangan kesuksesan yang luar biasa itu, tidak mengherankan jika Jackson tergelitik untuk kembali ke 'Middle Earth' untuk menceritakan kisah yang terjadi sebelum 'Lord of the Rings'.
Β 
Pada awalnya, Jackson hanya didapuk menjadi produser. Guillermo del Toro, yang sekarang sibuk dengan mainan robot dan monsternya, jauh lebih dulu didapuk untuk menjadi sutradara seri 'The Hobbit'. Kemudian terjadi banyak interupsi dan akhirnya del Toro mundur, dan posisinya digantikan (kembali) oleh sang maestro. Setelah 'An Unexpected Journey' yang terlalu panjang dan 'The Desolation of Smaug' yang merupakan perbaikan siginifikan, kini seri ini dirampungkan dalam 'The Battle of Five Armies'.

Melanjutkan cerita sebelumnya, Smaug (disuarakan oleh Benedict Cumberbatch) berkeliaran dan mencoba menghancurkan Kota Danau. Setelah berhasil menyelamatkan hampir seluruh kota, Bard (Luke Evans) membawa seluruh rakyatnya yang masih selamat ke Lonely Mountain. Di sana Thorin Oakenshield (Richard Armitage) sedang dibingungkan oleh dirinya sendiri yang ternyata menjadi sosok yang berubah dengan keberadaan emas yang tak terbendung.

Bilbo Baggins (Martin Freeman, berhasil memikul beban dengan baik) mencoba sekuat tenaga untuk membuat Thorin menjadi sosok seperti sedia kala. Semuanya terlambat. Mendengar sang naga hancur dan harta bergelimpangan di gunung, para peri datang untuk menjarah peninggalan moyang mereka itu. Kemudian disusul oleh para orc. Gandalf (Ian McKellen) pun datang untuk mengajak berunding. Tapi, Thorin bersikukuh bahwa harta di dalam gunung tidak akan dibagi-bagi. Dan, perang pun tidak bisa dihindari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam 144 menit, 'The Battle of Five Armies' adalah seri 'The Hobbit' yang paling singkat dan paling efektif. Meskipun penulisnya --Fran Walsh, Philippa Boyens, Peter Jackson, Guillermo del Toro-- masih melakukan tarik-ulur yang begitu lama di satu jam pertama, Peter Jackson langsung memberikan tempo yang berubah begitu perang dimulai. Hasilnya, film ini pun menjadi begitu menghibur.

Dengan visual yang megah yang terasa seperti iklan pariwisata New Zealand --kudos untuk sinematografer Andrew Lesnie-- dibantu dengan CGI yang memadai, 'The Battle of Five Armies' akan memanjakan mata Anda. Bahkan kalau Anda menontonnya tanpa bantuan kaca mata 3D. Setiap landscape, kobaran api dari mulut sang naga sampai adegan perang yang legendaris begitu terasa kemegahannya.
Β 
Adegan pertarungan yang dibuat dengan apik juga akan melenakan penonton, khususnya bagi Anda penggemar serial ini. Setiap karakter yang mempunyai musuh sendiri-sendiri akan diberikan porsi yang pas. Salah satunya juga untuk membuat aktor-aktor yang karakternya tampil tidak sekuat di trilogi awalnya seperti Legolas (Orlando Bloom) tampil menawan.

Tapi, tidak bisa disangkal, keputusan Peter Jackson untuk memecah 'The Hobbit' menjadi tiga episode rasanya tidak perlu. 'Lord of the Rings' pantas mendapatkan eksekusi yang serupa karena sumbernya berasal dari tiga buku yang berbeda. Trilogi 'The Hobbit' yang disadur dari satu buku Tolkien di sisi lain terasa sekali pemaksaannya. Hal itu membuat film ini jadi kurang terasa momentumnya dibandingkan dengan trilogi 'Lord of The Rings' yang setiap filmnya mempunyai maksud yang jelas. Keputusan memecah 'The Hobbit' menjadi tiga ini jelas hanya untuk memuaskan fans dan mengeruk keuntungan yang lebih banyak.

'The Battle of Five Armies' memang tidak berhasil mendapatkan kejayaan seperti 'The Return of the King'. Ending film ini tidak bisa disandingkan dengan akhir 'Lord of the Rings' yang benar-benar fenomenal itu. Tapi, tidak bisa disangkal 'The Battle of Five Armies' adalah tontonan yang tidak hanya menghibur namun juga pemungkas seri 'The Hobbit' yang memuaskan.

Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.

(mmu/mmu)

Hide Ads