Di masa depan, lagi-lagi, manusia harus meninggalkan bumi yang sudah hancur karena ulah mereka sendiri. Manusia sekarang tinggal di sebuah tempat bernama Nova Prime. Dan, kita bertemu dengan seorang bocah bernama Kitai (Jaden Smith) yang begitu keras berusaha untuk membuat sang ayah, Cypher (Will Smith) –seorang jenderal penegak keadilan– terkesan.
Masalahnya, sang ayah tidak mudah terkesan. Sang ayah adalah jenis lelaki yang begitu kaku luar-dalam sehingga dia tidak bisa berkomunikasi secara normal dengan sang anak. Faia (Sophie Okonedo), sang istri, mencoba membujuk Cypher yang akhirnya membawa Kitai dalam perjalanan lintas galaksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
M. Night Shyamalan pernah menjadi salah satu the hottest director di Hollywood --kalau Anda menghindari kata "dunia". Film-filmnya seperti 'Unbreakable', 'Signs' dan tentu saja 'The Sixth Sense' tidak saja hanya berhasil meraih pundi-pundi dollar yang berlimpah namun juga berhasil mengecoh baik kritikus maupun penonton. Shyamalan pun akhirnya dikait-kaitkan dengan plot twist yang membuatnya akhirnya semakin lama semakin membosankan.
'The Village' memang masih menarik namun 'The Happening', 'Lady in the Water' dan adaptasi animasi terkenal 'The Last Airbender' membawanya memasuki sebuah label yang penuh celaan. 'After Earth', di sisi lain, merupakan sebuah tontonan yang sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Skrip yang ditulis Gary Whitta dan Shyamalan sendiri walaupun dragging cukup memiliki tensi yang kuat sepanjang film. Konfliknya sederhana, tidak muluk-muluk seperti, ehm, 'Oblivion', dan sub-plot hubungan ayah dan anak adalah tema yang relatable bagi siapapun. Peter Suschitzky memang tidak seluar biasa Claudio Miranda dalam 'Oblivion' namun Suscitzky tetap berhasil melukis Bumi dengan wajah yang berbeda di film ini.
Masalah utamanya ternyata selain skrip yang draggy adalah Jaden dan Will Smith. Will Smith merupakan superstar Hollywood yang tidak perlu dipertanyakan lagi aktingnya. Di film ini pun, walau menghabiskan seluruh waktu hampir di tempat yang sama, mimik wajahnya masih bisa jadi pedoman penonton untuk percaya dengan kisahnya. Namun, dialog yang keluar dari mulutnya terdengar supercorny.
Jaden Smith yang sepertinya akan mengikuti jejak ayahnya untuk menjadi the next big thing sudah pernah mencicipi bermain bersama bintang besar seperti Jackie Chan dalam remake 'The Karate Kid'. Jaden Smith juga pernah bermain bersama ayahnya dalam 'Pursuit of Happyness' yang dipuji-puji itu. Sayangnya, Jaden Smith tidak menunjukkan itu semua di 'After Earth'. Dia memang memiliki semangat yang tinggi namun tidak dengan akting. Ekspresi mukanya datar dan chemistry-nya dengan Will Smith nihil. Agak ironis mengingat mereka berdua merupakan ayah dan anak asli di dunia nyata.
Persoalan dengan chemistry itulah yang menyebabkan 'After Earth' terasa hambar. Dinamika ayah dan anak yang disfungsional –dan asumsi bahwa mereka akan berbaikan di akhir film– merupakan sebuah rumus umum di banyak film yang populer, seperti 'Real Steel' atau 'Finding Nemo'. Dengan chemistry dan akting yang tepat, 'After Earth' pasti akan menjadi film yang jauh lebih menyenangkan. Tapi, meskipun begitu untuk tontonan di waktu senggang, sambil menunggu 'Man of Steel', 'After Earth' bolehlah untuk dicoba.
Candra Aditya penulis, pecinta film. Kini tengah menyelesaikan studinya di Jurusan Film, Binus International, Jakarta.
(mmu/mmu)