Album '24K Magic': Ketika Bruno Mars Melampaui Levelnya Sendiri

Album '24K Magic': Ketika Bruno Mars Melampaui Levelnya Sendiri

Yarra Aristi - detikHot
Selasa, 20 Des 2016 16:08 WIB
Foto: atlantic records
Jakarta - "It's show time! Guess who's back again?" begitu seru laki-laki kelahiran Honolulu, Hawaii ini ketika membuka album terbarunya. Dengan kalimat tersebut ia siap menyuguhkan keseruan baru untuk penggemar selepas merilis album 'Unorthodox Jukebox'.

Lagu yang dipakai sebagai judul albumnya, '24K Magic' yang digadang sebagai single andalan dan terdapat pada track paling awal memang serba pas. Lagu ini dimulai dengan nyanyian berimbuh vocoder, yang sekilas menyerupai intro 'California Love' milik Tupac, Dr.Dre & Roger Troutman. Aransemen yang kental akan funk ini seolah-olah menjadi sekuel dari 'Uptown Funk' namun lebih seru dan ramai.

Mars juga mengeluarkan aura James Brown-nya di sebuah track berjudul 'Perm'. Dia bahkan tidak melupakan pengaruh Bobby Brown yang ia hadirkan pada 'Finesse' (ingat 'Every Little Step'?).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu karya terbaik dalam album ini adalah sebuah track balada 'Versace on the Floor' yang seksi dan menggoda. Di sini, Mars mengajak pendengarnya ke mesin waktu ketika music R&B akhir '80-an dan awal '90-an berjaya. Sound-sound keyboard renyah dengan suara tepuk tangan digital akan mengingatkan pada 'Twisted' dari Keith Sweat, 'Rock Wit'Cha' dari Bobby Brown, atau 'Sexual Healing' versi Fourplay featuring El Debarge.

'Calling All My Lovelies' memiliki konsep yang unik; Mars berusaha memikat seorang perempuan secara spesifik yang sayangnya tidak menggubris panggilkan teleponnya. Perempuan itu adalah Halle Berry. Tata musik dalam track ini romantis dan playful dengan melodi yang eksplosif, backing vocal yang selaras, dan didominasi oleh synthesizer yang tebal dari keyboard.

Aransemen 'Chunky' pun masih mengarah ke era tersebut dalam versi upbeat, dengan vokal latar perempuan yang manis di sela-selanya. Mendengarkan lagu ini bagaikan membayangkan Bruno Mars berkendara dalam mobil kap terbuka di sore yang menyenangkan, sambil menggoda wanita cantik yang ada di jalan.

Satu track yang terdengar paling modern mungkin 'That's What I Like' yang malah terkesan menjadi keluar konsep.

Album ini ditutup dengan 'Too Good to Say Goodbye' yang intronya mengingatkan akan 'Right Next to Me' milik Whistle . Ini merupakan track yang sentimentil; kali ini Mars memberikan pengaruh dari Michael dan Jermaine Jackson. Memang betul, seperti judulnya, lagu ini merupakan ending yang membuat kita enggan untuk mengucap selamat tinggal karena sudah mendengarkan materi yang menyenangkan.

Banyak yang meragukan apakah Mars bisa melampau ekspektasi orang-orang yang sudah terlebih dahulu terpikat oleh 'Uptown Funk'. Nyatanya, ia berhasil, bahkan dengan bonus, yaitu melahirkan kembali groove '90s R&B, soul, funk, dan hip hop yang selama ini mungkin dirindukan oleh generasi era tersebut. Tidak bisa dipungkiri, Bruno sukses membawa derajat musik pop ke tingkat yang lebih tinggi. Seluruh aransemennya pun sukses menimbulkan keinginan untuk berjoget. Atau, minimal bahu Anda tiba-tiba akan bergerak sendiri mengikuti beat.

Yarra Aristi pernah bekerja sebagai wartawan musik di dua majalah musik terkenal. Kini penyiar dan music director di sebuah stasiun radio swasta terkenal di Jakarta.


(mmu/mmu)

Hide Ads