'Ology' Gallant: Mengusung Kembali R&B

'Ology' Gallant: Mengusung Kembali R&B

Rendy Tsu - detikHot
Selasa, 16 Agu 2016 15:20 WIB
Ology Gallant: Mengusung Kembali R&B
Jakarta - β€œThe next big thing in R&B”, kata Jimmy Fallon sewaktu memperkenalkan Gallant naik ke panggung untuk menyanyikan single β€˜Weight In Gold’. Ia terlihat begitu muda (dan pemalu) dengan setelan hitam-hitam dan gambar emoticon sedih berwarna emas yang menjadi simbol khasnya.

Saya, dan ratusan penonton di studio β€˜The Tonight Show’ yang berdiri untuk melakukan standing ovation, serta jutaan penonton lainnya yang juga menyaksikan program TV tersebut, mungkin sependapat dengan Jimmy Fallon. Setelah melihat bagaimana Gallant bernyanyi, dia benar-benar β€˜the next big thing’.

Takjub, reaksi yang saya tunjukkan ketika mendengar Gallant menyanyikan β€˜Weight in Gold’ pada malam itu. Ia seperti membuka cara baru untuk mendengarkan R&B. Tidak lama sebelum penampilan tersebut, Gallant baru merilis album debut penuhnya yang bertajuk β€˜Ology'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam album itu, ia menulis seperti Frank Ocean dan bernyanyi seperti Sam Smith. Suara falsetto-nya begitu menakjubkan; terasa gelap tapi sekaligus bercahaya, naik turun tanpa halangan. Semua itu diciptakan dari kepala seorang anak muda introvert berumur 24 tahun dalam proses penemuan jati diri.

β€˜Ology' mencampurkan denyut dan atmosfer campur aduk yang membuat album ini melangkah jauh, bagai gabungan manipulasi dari beberapa generasi R&B; dari Prince hingga The Weeknd. Lirik-lirik β€˜Ology' begitu muram dengan tema yang tidak pernah absen; cinta yang tidak memiliki kesempatan, referensi bunuh diri, senjata api, minuman keras, dan kecemasan yang semua berjalan dengan iringan R&B kontemporer, dalam satu garis lurus.

Selain β€˜Weight in Gold’, senjata mematikan lainnya berjudul β€˜Bourbon’, salah satu lagu tergelap yang dimiliki oleh Gallant, tapi tidak kuasa menahan suara falsetto-nya yang bersinar liar dalam ruang waktu 90’s. Ada juga β€˜Skipping Stones’ dimana Gallant berbagi lirik dengan Jhene Aiko, berlatar string dan beat jazzy yang diproduksi oleh Adrian Younge. Dalam lagu ini, ia seakan mendefinisikan ulang perasaan dari sebagian besar album kesepian; perasaan kehilangan dan kerinduan untuk sesuatu yang tidak bisa didapatkan.

Mirip dengan β€˜Episode’ yang terdengar sederhana dengan beat dan kocokan gitar seadanya serta tarikan vocal ber-echo , namun begitu mempersona. Melodinya yang jelas mencuri perhatian dan irama tidak biasa menyeruak begitu saja, β€˜Open Up’ menjadi salah satu lagu yang patut untuk disimak. Atau, mungkin Anda lebih suka β€˜Chandra’ yang membangun vibrasi dengan perlahan tapi pasti.

Rendy Tsu (@rendytsu) saat ini bekerja sebagai Social Media & Content Strategist. Selain aktif sebagai penulis lepas, ia juga pernah menjadi Music Publicist di salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia.

(mmu/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads