'I Like It When You Sleep' 1975: Lebih Baik, dengan Usaha Lebih Sedikit

'I Like It When You Sleep' 1975: Lebih Baik, dengan Usaha Lebih Sedikit

Rendy Tsu - detikHot
Selasa, 15 Mar 2016 13:52 WIB
Jakarta - 1975 tidak pernah berharap menjadi terkenal. Matt Healy dkk tidak menyangka bahwa lagu ‘Sex’ yang melambungkan nama mereka begitu cepat tersebar sejak pertama kali diputar oleh DJ Zane Lowe di BBC Radio 1 pada 2012. Seketika EP ‘Sex’ dan album penuh debut self-title mereka disukai banyak orang. Tapi, 1975 tidak pernah menggagap itu serius. Jauh dari persona band rock star baru, mereka malah terlihat seperti band main-main.

Tiba-tiba mereka menghilang begitu saja dari media sosial selama setahun. Hal itu menimbulkan spekulasi dari fans dan media yang kebingungan —tapi, sebenarnya juga tidak mau ambil pusing. Pada Oktober 2015, tiba-tiba mereka kembali dengan single baru ‘Love Me’ sekaligus teaser tentang judul album kedua mereka yang super-panjang. Album baru tersebut berjudul “I Like It When You Sleep, for You Are So Beautiful Yet So Unaware of It”.

Album itu mengambil semua referensi yang mereka sukai. Dari film, musik, seks, narkoba, rock, hingga elektronik. Semua itu diasosiasikan pada The 1975. Single pertama ‘Love Me’, bagai menciptakan ruang 3D lewat kocokan gitar catchy Talking Heads dengan sindiran lirik yang diperuntukkan bagi generasi digital saat ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah nomor bercorak R&B funk berjudul ‘UGH’ terdengar lebih personal, tapi sama provokatifnya (dan adiktif) dengan ‘Love Me’. Healy membawa beberapa inspirasi hebat ala pahlawan post-rock asal Islandia seperti Sigur Ros yang dimasukkan dalam intro pembuka album penuh khayal ‘The1975’ serta ‘Please Be Naked’.

Popularitas memang bisa mengubah seseorang. Tidak hanya pada penampilan fisik, tapi juga mental. Hal itu digambarkan dengan dramatis oleh Healy pada ‘Lostmyhead’ atau ‘The Ballad of Me and My Brain’, dengan menceritakan apa yang ada di pikirannya tentang efek samping menjadi tenar. Pencarian Tuhan di ‘If I Believe’, dan rasa cemburu yang ditunjukkan pada ‘Somebody Else’ menjadi dua lagu terbaik di album ini, di antara lagu-lagu menarik lainnya.

Secara keseluruhan, album “I Like It When You Sleep, for You Are So Beautiful Yet So Unaware of It” menganut ilmu “lebih sedikit gitar, dan lebih banyak ambience sound film” seperti M83. Di satu sisi mereka terlihat berusaha menjadikan album ini lebih baik dari sebelumnya. Tapi, di sisi lain juga terdengar “effortless” (simak misalnya ‘Nana’ dan ‘She Lay Down’). Tapi, bukankah itu yang membuat 1975 menjadi terkenal dari awal? Saya baru menyadarinya.

Rendy Tsu (@rendytsu) saat ini bekerja sebagai Social Media & Content Strategist. Selain aktif sebagai penulis lepas, ia juga pernah menjadi Music Publicist di salah satu perusahaan rekaman terbesar di Indonesia.

(mmu/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads