'ARTPOP' Lady Gaga: Art vs Pop yang Menakjubkan

'ARTPOP' Lady Gaga: Art vs Pop yang Menakjubkan

- detikHot
Kamis, 21 Nov 2013 15:39 WIB
Jakarta - Bulan lalu, Lady Gaga mengumumkan cover album ARTPOP yang dibuat oleh Jeff Koons. Cover ini begitu sikron dengan mengambil inspirasi dari lukisan 'The Birth of Venus' karya Sandro Botticelli. Seolah hendak membuktikan bahwa ia tidak main-main mempertaruhkan kata 'ART' di depan 'POP' dalam karya teranyarnya ini.

Tapi, sejak 11 November 2013 lalu, para Little Monster --sebutan untuk fans Gaga-- tidak lagi terpuaskan secara visual maupun panca indera pendengaran mereka. Sebab, 15 lagu dalam album ARTPOP telah diperdengarkan ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, melalui platform digital Itunes.

Perhatian, Little Monster! Sang ibu akan membuka ARTPOP dengan sebuah pertanyaan, "Do you wanna peek underneath the cover?" di tengah kompleksitas judul lagu pembuka 'Aura' (Jangan heran dengan intronya, karena lagu ini menjadi soundtrack film 'Machete Kills'). Jadi, apakah kalian sudah siap untuk menjawab YA?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Venus' dengan Aphrodite lady seashell bikini-nya yang nyaris jadi single kedua ARTPOP, memberikan intensitas yang tidak jauh berbeda dengan 'Aura', namun kalah pamor. Tapi 'G.U.Y.', (singkatan dari Girl Under You) dan 'Sexxx Dreams' akan berturut-turut menggempur telinga Anda dengan seks, refrain tajam dan sound futuristik. Katakanlah, ini bagian POP-nya.

Banyak sekali genre yang mempengaruhi ARTPOP. Contohnya, sedikit musik trap dalam 'Jewels n' Drugs' yang menampilkan kolaborasi kuartet Lady Gaga bersama T.I., Too Short, dan Twista. Sedikit musik rock dalam 'MANiCURE', dengan solo yang meraung-raung di akhir lagu. Sedikit rasa 'Selena Gomez – Love You Like a Love Song' dalam 'ARTPOP', lagu yang menjadi judul albumnya. Serta, sedikit dub-step (dan sedikit 'cegukan') dalam 'Swine'. (Ini bagian ART-nya).

Bukan Lady Gaga namanya jika tidak bercerita tentang ketenaran (I am so fab / Check out / I'm blonde / I'm skinny / I'm rich / and I'm a little bit of a b*tch) seperti tersimak dalam lagu tentang fetishisme merek, 'Donatella'.

Namun, Lady Gaga melakukan ATM --amati, tiru, modifikasi-- dengan tepat. Buktinya, euro-disco berjudul 'Fashion' yang sering dibanding-bandingkan dengan 'Holiday' milik Madonna, jadi lagu yang cukup mengejutkan. [POP]

Sayang, ia memilih tema yang salah di lagu selanjutnya. Lady Gaga memberikan penghormatan kepada marijuana dalam lagu 'Mary Jane Holland' yang saya anggap menjadi contoh buruk bagi jutaan penggemar remaja di seluruh dunia. Mungkin para penggemarnya di Belanda akan memuja-mujanya, tapi bagi negara sepeti Indonesia? Terlalu pop dan sama sekali tidak berseni. [POP]

Namun, klimaks terjadi di 3 lagu terakhir: 'Dope', 'Gypsy', dan 'Applause'. 'Dope' seperti oasis di tengah padang pasir yang berisik. Intro piano 'Gypsy' membuat saya mengira lagu ini sejenis dengan 'Dope', tapi ternyata salah besar setelah mendengar refrain pertamanya. 'Applause' seperti yang kita tahu, telah menjadi duta yang memperkenalkan sound awal ARTPOP kepada khalayak sebelum album ini dirilis.

Tiga POP lawan dua ART. ARTPOP adalah pencapaian seni yang berani, walaupun harus diakui bahwa album ini memiliki lebih banyak kadar 'POP' dibandingkan 'ART'-nya. Tapi, secara keseluruhan saya terkesan, malah cenderung takjub dengan isi, konsep, dan ide dari ARTPOP. Lady Gaga memang tahu bagaimana memanjakan para penggemarnya dengan memberikan setiap suguhan karya yang tak pernah mengecewakan.

Rendy Tsu (@rendytsu) music director, album reviewer dan music editor

(mmu/mmu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads