'Lari 100' The Sastro

'Lari 100' The Sastro

- detikHot
Kamis, 03 Feb 2005 14:10 WIB
Jakarta - The Sastro lahir secara tak sengaja. Gara-gara ketinggalan rombongan mahasiswa senirupa yang jalan-jalan ke Anyer, tercetuslah ide dari Ritchie ned Hansel untuk membentuk band. Dia mengajak temannya Agung Sastro Wibowo dan membawakan lagu-lagu ciptaan Agung. Karena keduanya gitaris, maka mereka membutuhkan 'mesin beat'. Tercetuslah di kepala Ritchie nama Rege Luhur Indrastudianto. kecocokan ketiganya membawa mereka dalam perbincangan konsep The Sastro. Mereka setuju menerapkan live band. Dan mereka menetapkan Sastro sebagai vocal dan gitar, Rege bermain beat dan Ritchie di low section. Selang beberapa waktu berjalan, ternyata Satro yang menerapkan konsep live band tak menemukan kecocokan antara Ritchie dengan low section. Maka dicarilah Ary Buy Shandra untuk mengisi posisi tersebut dan Ritchie kembali ke hatinya sebagai gitaris.Berempat mereka semakin merasakan kelengkapan di formasi band ini. Mulailah mereka genjreng-genjreng mencari ilham membuat lagu. Tak sia-sia, dari situ lahirlah musik Lari 100 yang sebelumnya menjadi proyek belum matang dari Sastro. Dari kumpul-kumpul itu mereka juga berhasil menggubah karya Sastro yang setengah jadi dan belum berjudul menjadi sebuah lagu 'Penyair'.Setelah pengerjaan musik selesai, lalu mereka berempat mulai mengerjakan lirik untuk dua lagu baru mereka. Karena peran Sastro yang cukup dominan, nama The Sastro semakin mantap dijadikan nama band tersebut. Menyusul ke Anyer, keempat mahasiswa ini mendaftarkan diri untuk tampil dalam pesta pantai. Lagu yang ditembangkan pertama adalah Penyair. Sambutan cukup manis membahana di acara tersebut. Untuk menambah 'panas' suasana, mereka kembali membawakan lagu mereka 'Lari 100'.Show pertama itu meninggalkan bekas mendalam menjadi sebuah dukungan yang hebat untuk The Sastro. Sejak itu mereka mulai diajak untuk tampil di acara kampus dan antar kampus. Semakin bertambahnya jam terbang, mereka lalu merekrut additional gitar dan keyboard yang diisi oleh Nanang dan Angga. Selanjutnya Nanang hanya bertahan sampai penggarapan 'Sejati' dan 'Penyair' didalam rekaman pertama The Sastro. Sementara Angga terus membantu sebagai recording sound engineer dan additional keyboards. Sampai proses rekaman album pertama selesai, Angga menyatakan akan berkonsentrasi di Pestolaer, bandnya sendiri.April 2002, Jimi Danger memberikan The Sastro kesempatan tampil di sebuah scene yang mempengaruhi pergerakan musik indie Jakarta, BB'S. Saat itu mereka berkesempatan tampil bersama That's 1970 Rockafeller, Seringai, The Upstairs dan The Brandal. Perjalanan The Sastro di panggung indie Jakarta pun dimulai dengan menyerbuacara-acara indie yang ada di Jakarta hingga Bandung sampai panggung-panggung besar seperti Pensi dan A Mild Live Soundrenalin. Dipertengahan 2002 The Sastro mulai membuat rekaman lagu-lagunya seperti Kaktus, Lari 100, Sejati, Penyair dan satu buah lagu baru Hantu Kamar (kemudian judulnya diganti menjadi 'Hantu TV' dikarenakan perubahan aransemen dan komposisi). Tak mau tergantung distributor, keempat personel menyebarkan ke teman-temannya hand to hand tanpa adanya promosi media. Malah mereka memberikannya gratis menjadikan album EP tersebut tidak diketahui sejarahnya. Waktu terus berlalu dan The Sastro terus berjuang discene indie dan menjadikannya salah satu band indie yang tercatat dalam dokumentasi sejarah indie Jakarta yaitu album kompilasi JKT:SKRG dengan single 'Kaktus'.Rencana The Sastro akan merilis albumnya perdananya pada bulan Maret 2005 dengan materi 9 lagu seperti Sejati, Kaktus, Lari 100, Plaza Maya, Sekilas, Rasuna, Granada, Telefiksi dan Hantu TV. (ana/)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads