Fans Bikin Buku Soal Karimata, Candra Darusman Bilang Begini

Mauludi Rismoyo - detikHot
Sabtu, 05 Jul 2025 12:42 WIB
Fans Bikin Buku Soal Karimata. (Foto: ist)
Jakarta -

Grup musik Karimata pada 1986 sampai 1991 begitu dikenal di Indonesia. Lima tahun kehadiran Karimata begitu membawa pengaruh besar untuk genre jazz di sejarah musik Indonesia lewat lima albumnya.

Bukan sekadar band, Karimata ialah rumah bagi musisi besar seperti Aminoto Kosin, Candra Darusman, Erwin Gutawa, Denny TR, hingga Budhy Haryono. Kini Karimata memang sudah tak seaktif dulu di panggung musik.

Lalu komunitas penggemar Karimata, Sahabat KariB, secara gotong royong meluncurkan buku. Hal itu untuk mengenang perjalanan lebih dari tiga dekade bermusik Karimata.

Buku bertajuk Lima Musik yang Berarti: Cerita Tentang Karimata hadir sebagai arsip hidup. Setebal 222 halaman, buku itu diterbitkan oleh ITB Press dan ditulis secara kolektif oleh para fans, jurnalis, dan pengamat musik.

"Ini kerja kolektif yang luar biasa. Bisa disebut sebagai ensiklopedia Karimata. Padat, menarik, dan penuh makna sejarah," ujar Haryo K. Buwono, pimpinan tim penyusun, dalam keterangan resmi, Sabtu (5/7/2025).

Bukan hanya narasi nostalgia, arsip foto langka dari fotografer ternama seperti Jay Subijakto, Andri Is, Omen Norman, hingga Gideon Momongan turut melengkapi.

"Semua foto telah mendapat izin tertulis dari fotografer maupun ahli waris," kata Aria salah anggota Sahabat KariB dari Bandung yang terlibat di tim humas buku ini.

Proyek buku ini sendiri bermula dari ide Triawan 'Babe' Koeshardianto, manajer Karimata saat album Jezz (1991). Menghabiskan lima tahun proses penulisan, Lima Musim yang Berarti rampung seusai dilanjutkan Ayu dari Yogyakarta.

"Bab novel yang ditulis Babe dan Ayu kami biarkan tanpa disunting, demi menghormati cerita yang telah mereka bangun," ujar Ratna D. Ambarwati, salah satu penulis.

Bukan perkara mudah, data-data yang kabur hingga dokumentasi yang minim turut mengiringi proses penulisan.

"Misalnya soal Karimata tampil di North Sea Jazz Festival 1986, rata-rata sudah lupa siapa yang berangkat dan berapa lama mereka tampil," ujar Aria.

Bagi Candra Darusman, kehadiran buku ini bukan hanya tentang musik, tapi juga nilai-nilai kemanusiaan.

"Kalau buku ini bisa bicara, ia adalah simbol hubungan tanpa pamrih seorang sahabat. Ia juga mencerminkan identitas bangsa Indonesia yang suka tolong-menolong. Kehadiran buku ini menjadi semacam obat yang membawa kegembiraan. Tapi saya agak malu karena kontribusi saya di buku ini tidak banyak," tuturnya.



Simak Video "Video: Candra Darusman Ungkap EO-Promotor Paling Susah Bayar Royalti"

(mau/pus)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork