Festival musik tahunan kembali menjamur tahun ini. Mulai dari festival musik pop, lokal, metal hingga dangdut koplo kini siap bertengger.
Hal ini pun turut menjadi lebarannya para calo tiket yang tidak pernah ketinggalan momen.
detikcom sempat memerhatikan sistem kerja para calo saat datang ke Synchronize Festival di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (2/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat mengantre masuk ke parkiran motor, para calo kian berdatangan menawarkan barang dagangannya. Apalagi kalau bukan tiket Synchronize Festival.
"Tiketnya kak, sudah belum?" ujar salah satu calo yang turut ditemani beberapa orang lainnya.
detikcom pun menolak tawarannya, lalu beberapa calo lain datang dan mencoba menawarkan tiket serupa yang dimilikinya.
"Saya saja kak, murah nih," sahut calo yang lainnya.
detikcom pun kembali menolak dan memajukan kendaraan sampai masuk ke barisan parkiran.
Menariknya, pihak Synchronize Fest telah memasang tanda berupa larangan untuk para calo berjualan di area venue.
Namun sayangnya larangan itu tampak belum dipatuhi dengan baik oleh para oknum yang dimaksud.
![]() |
"Calo dilarang berjualan tiket di area JIExpo," begitu bunyi larangan dari pihak Synchronize Festival yang ada di area sekitar venue.
Menurut pantauan detikcom, masih banyak para calo yang nongkrong dan berharap barang dagangannya dibeli.
Ada juga yang berkedok menjual jas hujan demi mendekati beberapa orang yang dituju.
"Jas hujan kak, nanti kalau hujan buat jaga-jaga. Sekalian tiketnya kalau mau," tutur salah seorang laki-laki paruh baya.
"Ayo kak, sudah mulai nih nanti ketinggalan," sahut yang lainnya.
detikcom pun mulai mencari beberapa calo yang bisa diajak berbincang-bincang mengenai pekerjaan itu dan bertemu dengan laki-laki berusia 46 tahun berinisial AS.
AS adalah warga dari Bandung yang bertolak ke Jakarta untuk menjalankan pekerjaannya sebagai calo tiket. AS biasanya datang dan berkumpul dengan teman-temannya di venue.
Bukan hanya festival musik saja, terkadang AS juga menjual tiket acara sepak bola atau bulu tangkis.
"Saya di Bandung ada kerjaan, tapi serabutan, sama di sini juga serabutan nih," ujar AS.
"Kalau nggak jadi calo ya pulang ke Bandung," tambah AS yang kemudian mulai enggan ditanya lebih banyak perihal kehidupannya.
Saat itu AS kemudian menolak melakukan wawancara lebih dalam lagi karena merasa khawatir dengan pekerjaannya.
"Sudah ah, nanti saya (kerjaan) kenapa-kenapa lagi. Nanti teman-teman saya yang lain marah juga," sahut AS sambil
mencoba meninggalkan wawancara.
Menurut data yang didapatkan detikcom di lapangan, harga jual tiket yang ditawarkan calo memang lebih mahal dari aslinya.
Mereka berusaha mengambil untung lebih banyak agar terjadi tawar menawar. Namun tetap mereka memikirkan keuntungan yang banyak.
(ass/ass)