Festival musik di Tanah Air kini tengah menjadi salah satu sarana utama untuk melepas penat dan menikmati musisi andalan. Berbagai nama festival musik yang unik-unik sudah kembali disebarluaskan untuk menarik pasar.
Karena euforia dan semangat publik sangat besar untuk menonton konser, kini ada beberapa festival musik yang terkesan memaksakan diri demi menjalani bisnis tanpa memperhitungkan keamanan sampai kenyamanan penonton.
Jika diingat lagi, pada akhir 2022, industri musik kembali dihebohkan dengan beberapa konser yang bermasalah.
Hal itu meliputi kasus festival musik Berdendang Bergoyang yang menyediakan tiket melebihi kapasitas, sampai pembatalan konser Dewa 19 di JIS karena belum selesai perizinan.
Tidak berhenti sampai situ, GUDFEST juga sempat mengumumkan pembatalan acara kurang dari satu minggu pelaksanaan. Hingga kini mereka masih belum menyelesaikan pengembalian uang pada calon penonton.
detikcom kemudian mencari tahu soal kredibilitas seorang promotor dalam menjalani sebuah festival musik. Lalu, apakah ada persyaratan dan lisensinya?
Kiki Aulia Ucup selaku Direktur Boss Creator atau pemilik acara Pestapora pun angkat bicara. Kata Ucup, tak ada persyaratan khusus untuk menjalankan sebuah acara musik. Hanya saja publik menjadi dengan sendirinya menyortir sebuah acara musik melalui promotornya.
"Sebenarnya yang tahu kondisi sebenar-benarnya adalah si promotornya. Cuma ya kalau ngomongin merusak industri sih nggak ya, orang malah makin ngekurasi, kan. Datang ke konser, ya pada akhirnya memang kredibilitas yang menyelamatkan itu," ujar Ucup pada detikcom.
Baca juga: 'Jokowi' Manggung di Hari Musik Nasional |
Ucup melanjutkan, karena beberapa kasus dari festival musik yang mengecewakan publik membuat mereka harus undur diri. Publik pun menjadi semakin pandai memilah dan memilih acara mana yang sebaiknya dikunjungi.
"Ya tidak menjadi masalah ya, itu justru menjadi pendewasaan ke penonton konsernya gitu. Jadi memang pada detail kan sekarang kalau mau nonton konser, nih siapa yang bikin nih. Terus mereka gimana ngatur artisnya, benar apa nggak main di sini gitu," lanjutnya.
detikcom kemudian juga menanyakan hal serupa pada Dewi Gontha selaku President Director PT Java Festival Production atau pemilik dari Java Jazz Festival.
Kata Dewi Gontha, menjalani sebuah festival musik harus memerlukan konsep yang kuat dan matang sehingga dapat mengajak banyak orang untuk bekerja sama. Selain itu, ada lisensi dan persyaratan yang harus dilewati oleh pihak penyelenggara nantinya.
Baca juga: Jangan Kapok ke Festival Musik |
"Ini bukan permasalahan siapa yang punya uang dan siapa yang tidak punya uang, kamu harus punya konsep yang matang dan mengajak orang untuk bisa mendukung konsep kamu. Siapa yang berhak memberikan lisensi tentunya pemerintah," ujar Dewi Gontha.
"Jangan langsung senang nih, kemarin bikin 100 ramai nih, bikin 5 ribu deh sekarang. Tapi tidak mengurus atau tidak mengikuti proses yang harus dijalankan," sambungnya.
Nyatanya, keresahan penonton konser tidak cuma dari promotor dalam mengkonsepkan acaranya, venue, lahan parkir kendaraan, sampai rute perjalan sampai ke tempat konser juga jadi pertimbangan.
detikcom masih akan terus menginformasikan perihal ini.
Simak Video "Video: Tak Ada We The Fest Tahun Ini, Alasannya?"
(pig/mau)