Penyanyi Robbie Williams mengaku sempat jadi target pembunuhan saat dirinya berada di puncak karir pada era 90'an.
Hal itu pun tak pernah diungkapkannya ke publik karena ia sangat ketakutan dan tak berani mengatakannya.
"Aku tak pernah mengatakan ini, namun aku memiliki sebuah kontrak di mana seseorang menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisiku. Aku tak pernah mempublikasikan ini sebelumnya," ujarnya pada Mirror.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kejadian itu pun membuat dirinya sangat ketakutan dan tak pernah mau pergi ke tempat-tempat ramai. Selama bertahun-tahun, ia menghindarinya dan dipenuhi rasa takut atas ancaman tersebut.
Baca juga: Robbie Williams Positif Corona saat Liburan |
Untungnya hal itu sudah berlalu dan ia pun ditolong oleh rekannya sehingga bisa melewati hal tersebut.
"Itu sudah lewat. Aku punya teman (yang membantu). Itu seperti kejadian yang tak terlihat saat kau menjadi seorang yang terkenal (kala itu)," paparnya.
Meski begitu mantan personil Take That itu menolak untuk membeberkan siapa sebenarnya yang berniat untuk membunuhnya.
Ia malah buka-bukaan soal depresi yang dialaminya saat menjadi sosok yang terkenal dan dipuja-puja oleh banyak orang di dunia.
"Saya menjadi terkenal ketika saya berusia 17 tahun, membuat boyband ketika saya berusia 16 tahun, boy band itu pun bubar. Ketika saya berusia 21 tahun, saya cabut dan kemudian bersolo karir, menjual 80 juta album, memegang rekor penjualan tiket terbanyak dalam sehari untuk tur dan bla, bla, bla..."
"Ketenaran ekstrim dan kesuksesan ekstrim bertemu dengan kecemasan dan depresi dan penyakit mental," ungkap Robbie Williams.
Robbie, yang sekarang tinggal di Los Angeles dan memiliki empat anak dengan istrinya Ayda Field, 42, menggambarkan bagaimana kecemasannya diperburuk oleh ketenarannya.
"Saya memiliki kecemasan dan tidak suka bertemu orang asing, tetapi orang asing ingin bertemu dengan saya, dan saya merasa sangat tidak nyaman tentang hal itu. Memikirkannya benar-benar membuatku cemas. Itu pemicunya," pungkasnya.
(ass/nu2)