Lintasan Karier Basboi Sebagai Rapper

Wawancara Eksklusif

Lintasan Karier Basboi Sebagai Rapper

Dyah Paramita Saraswati - detikHot
Kamis, 12 Agu 2021 13:25 WIB
Basboi
Foto: Album perdana Basboi
Jakarta -

Rapper Baskara Rizqullah atau yang dikenal dengan nama Basboi baru saja merilis album perdananya yang berjudul Adulting for Dummies. Sebelum akhirnya berhasil merilis album, perjalanan yang terbilang panjang pernah dilalui olehnya.

Basboi meniti kariernya setapak demi setapak. Dirinya mengenal rap dan hip hop sejak usia belasan. Ada dua hal yang membuatnya tidak asing dengan dunia itu sedari belia.

Di kota asalnya, Medan, Basboi telah terpapar musik rap dan hip hop sedari kecil karena pada medio 2005 hingga 2009, skena musik tersebut tumbuh subur.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Musik rap sendiri bukan hal yang asing buat gue karena gue di Medan itu waktu jaman gue SD, SMP sekitar 2005-2009 scene musik lokal yang paling gede itu hip hop. Banyak banget teman-teman gue yang dari muda sudah nge-rap, pingin jadi rapper. Jadi melihat kultur rap dan hip hop sudah bukan sesuatu yang asing," ujar Basboi dalam wawancara virtual dengan detikcom, baru-baru ini.

Meski demikian, pada era itu, Basboi remaja lebih gemar bermusik dalam format band. Ada sejumlah aliran musik yang pernah dijajakinya saat berada dalam band, tapi kesemuanya bermuara pada musik cadas (rock), mulai dari punk, hard-core, hingga alternative rock.

ADVERTISEMENT

Ketertarikannya pada rap justru muncul karena dirinya mendengarkan Red Hot Chili Peppers. Menurutnya, gaya vokalis dari band asal Amerika Serikat itu bernyanyi memiliki karakteristik yang mirip dengan lagu yang dilantunkan oleh rapper.

"Red Hot Chili Peppers itu lagunya kayak nge-rap, berbahasa Inggris, terus cepet. Rimanya cepat lah, kayak mirip lagu rap. Menurut gue, kalau gue bisa nge-cover, gue bisa ngikutin dia nyanyinya cepet tapi tetap melodik dan bahasa Inggrisnya bener, itu ada sebuah kepuasan tersendiri," kisah Basboi.

"Jadi gue sangat tertarik sama lagu-lagu yang kata-katanya banyak dan kayak nge-rap. Secara kasar, dari dulu gue ibaratnya gue latihan ngerap lah," sambung Basboi.

Pada 2014, Basboi bertolak ke Jatinangor untuk mengenyam pendidikan di Fakultas Komunikasi, Universitas Padjadjaran. Di kota kecil itulah minat dan bakat Basboi pada dunia musik, khususnya rap, mulai berkembang.

Pertama kali duduk di bangku kuliah, dirinya belum berencana menjadi seorang rapper. Ia justru berniat melanjutkan hobi lamanya, yaitu nge-band. Rupanya setelah dua tahun menjalani perkuliahan, dirinya tak kunjung menemukan teman band yang cocok.

Ditambah lagi, saat itu dirinya harus pintar-pintar mengolah keuangan sebagai anak kos. Biaya produksi lagu dalam format band menurut Basboi saat itu terbilang lebih mahal. Oleh karena itu, ia pun akhirnya mencoba peruntungan dengan memulai kariernya sebagai rapper.

Kebetulan, di era yang sama, musik hip hop dan rap tengah naik daun. Dirinya pun mengaku cukup terpapar oleh tren itu.

"Nggak bisa gue pungkirin waktu itu lagi ada terpaan tren. Gue jadi getol dengerin rap, dengerin hip hop. Gue jadi sadari kalau gue punya skill yang tanpa gue sadari udah gue asah dan kalau gue asah lagi makin oke. Dan salah satu keputusan terbesar kenapa gue memutuskan ngerap adalah gue doyan nulis musik dari jaman SMA, tapi kendala gue jaman gue kuliah adalah selama dua tahun gue tidak menemukan rekan nge-band yang cocok," urai Basboi.

"Dan menurut gue waktu itu di saat gue sudah jatuh cinta lagi sama musik rap kayaknya buat nge-rap lebih simpel karena gue nggak perlu nunggu orang dan produksinya lebih murah dibanding gue rekaman band. Kayaknya lebih cocok untuk gue yang mahasiswa, yang ngekos, lebih nyaman di kantong gue juga untuk jd medium gue berkarya. Jadi gue memutuskan ngerap lah. Jadi ngerap itu sudah dari jaman kuliah lah," lanjutnya.

Basboi pun mulai merekam lagu pertamanya dan memutuskan untuk mengunggahnya di Soundcloud. Saat dirinya hendak membuat akun Soundcloud, ia pun memikirkan sebuah nama panggung yang juga bisa digunakan sebagai nama akun. Dia kemudian teringat pada panggilan Basboi yang disematkan oleh teman-teman kampusnya saat ia menjadi mahasiswa baru.

"Gue pikir kayaknya Basboi aja, toh nggak jauh dari nama gue. Mau cari Basboi tuh nggak cuman di internet atau di panggung, lo ke tongkrongan juga kenalnya Basboi," tuturnya.

Menjajaki Jakarta

Pada saat Basboi pertama kali merintis karier sebagai rapper, Jatinangor belum memiliki kultur musik rap yang kental. Band dan solois, dari folk hingga rock, memang banyak lahir dari kota kecil yang penghuninya kebanyakan adalah mahasiswa yang tinggal sementara di sana, tetapi musik rap belum lah menjadi sesuatu yang familiar di kota itu.

Kebetulan, di Ibu Kota, skena musik hip hop, rap, beserta komunitasnya mulai tumbuh. Salah seorang temannya sedari kecil, yang sama-sama tinggal di Medan kebetulan berkecimpung dalam komunitas itu.

Demi mengenal dunia yang sedang ia geluti lebih dalam, Basboi rela bolak-balik Jatinangor-Jakarta untuk menonton berbagai pertunjukan musik hip hop dan mengenal orang-orang yang tergabung dalam sebuah kolektif musik yang ia gemari.

"Di jaman-jaman gue kuliah itu movement hip hop di Jakarta kan sudah maju banget bisa gue bilang. Lagi panas-panasnya acara tiap minggu di Parc 19, Queenshead (Kemang). Ada kolektif yang menormalisasikan mainin musik hip hop yang kenceng di klub. Ya gue tuh beneran, se-fanboy itu sama mereka. Jadi setiap mereka manggung di Jakarta, gue nonton mereka, ke Jakarta naik Primjas (bus Primajasa), terus gue coba sodorkan tangan, 'Eh man lo keren banget, gue pingin banget kenalan sama lo'," cerita Basboi.

"Teman gue dari Medan, itu dia kuliah di Jakarta. Dibantu juga sama dia, scene di Jakarta tuh kayak gini, kayak gini. Lo sebaiknya kayak begini, kayak begitu. Jadi gue lumayan dapat early lesson lah harus navigate kemana, ke mana," kisahnya lagi.

Selain bergaul di Jakarta, Basboi juga menjalin jejaring dengan sesama musisi di Jatinangor dan Bandung. Meski saat itu rapper sangatlah jarang ditemui di sekitarnya, tetapi dirinya justru memetik hikmah lainnya.

"Ternyata selama di Nangor gue banyak bergaulnya sama band, band-band tembusan Nangor, ternyata di saat gue merasa itu disadvantage, kok gue jadi rapper tapi environment gue band? Kok gue nggak bisa kayak di Jakarta yang rapper, environment gue rapper. Ternyata malah manfaatnya sekarang. Di saat rapper lain masarin musiknya cuman kepada mreka yang doyan musik rap, gue karena belajar menjual musik gue sama band, jadi bisa ngarahin musik gue ke yang nggak cuman doyan rap," ungkapnya.




(srs/tia)

Hide Ads