Dangdut selama ini kerap dikenal sebagai musik akar rumput. Akan tetapi belakangan, musik dangdut dan tradisional mulai dikenal oleh berbagai kalangan.
Dalam dua tahun ke belakang, masyarakat urban perkotaan tidak lagi malu-malu mengakui ketertarikan mereka pada musik yang dicirikan dengan bunyi tabla dan gendang itu.
Sejumlah orkes dan kolektif musik dangdut bermunculan dan bahkan diminati oleh anak muda. Menurut pengamat musik Wendi Putranto, hal itu tidak lepas dari adanya digitalisasi musik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adanya layanan musik streaming yang memungkinkan penggunanya mengeksplorasi genre musik lain di luar yang biasa mereka dengarkan membuat dangdut turut mendapat sorotan.
Baca juga: Lika-liku 5 Tahun Rintis Streaming Musik |
Selain itu, para pedangdut pun kini lebih mudah memperdengarkan lagu-lagunya ke khalayak yang lebih luas lagi dari sebelumnya.
"Musisi Indonesia mulai naik daun dan mendominasi pasar, misalnya musik dangdut. Masyarakat mulai menggandrungi musik lokal, apalagi jika ada campuran musik-musik tradisional," tutur dia dalam konferensi pers virtual Parade JOOX Lima, baru-baru ini.
"Era digitalisasi industri musik yang dinamis seperti sekarang ini membuka banyak peluang bagi musisi dan memperluas preferensi musik pendengar," sambung Wendi lagi.
Panggung dangdut memang banyak dan selalu berhasil mengumpulkan massa di akar rumput, namun Wendi melihat, sebelum adanya digitalisasi, media yang memberikan sorotan besar pada musik dangdut hanyalah televisi.
"Banyak musisi dangdut tidak punya platform, platform yang establish cuman ada di TV, saat ini label rekaman dangdut juga nggak banyak, sedangkan dengan digital ini jadi bisa terlihat. Bisa mencari bakat-bakat baru," ungkap dia.
Wendi Putranto juga memaparkan, dengan adanya digitalisasi musik, pedangdut yang berasal dari luar Jakarta akhirnya bisa punya ruang untuk memperoleh pasar yang lebih lebar lagi.
"Platform digital dapat akomodasi bahwa para penyanyi dan penggemar dangdut. Di situ mulai terkoneksi dengan penyanyi yang tidak pernah terdengar sebelumnya. Via Vallen, Nella Kharisma, awalnya kan kita nggak tahu. Setelah ada platform digital mulai keluar satu-satu nama-nama yang bukan berasal dari Jakarta," urai dia.
Bagi Wendi, kondisi yang demikian turut membantu adanya regenerasi di musik dangdung. Sedangkan regenerasi merupakan hal yang baik bagi musik.
"Jadi regenerasi itu jauh lebih mudah sekarang dengan adanya platform digital," ucap Wendi.
(srs/tia)