Menyoal Konser Virtual yang Populer Sejak Pandemi Corona

Menyoal Konser Virtual yang Populer Sejak Pandemi Corona

Faidah Umu Sofuroh - detikHot
Rabu, 24 Jun 2020 17:12 WIB
konser NCT Dream di Jakarta
Foto: Suasana konser NCT Dream di Jakarta (Febrina Arifin)
Jakarta -

Dampak pandemi COVID-19 di Indonesia tak hanya menyerang sektor kesehatan dan ekonomi saja. Industri kreatif seperti dunia musik Tanah Air pun ikut terpukul atas pandemi ini. Dunia musik yang identik dengan konser dan kerumunan orang kini sudah hilang dari sekitar tiga bulanan.

Seorang Co-Founder M Bloc sekaligus manager band Seringai, Wendi Putranto mengungkapkan, ada 12 pertunjukan di M Bloc yang terpaksa batal mulai dari Maret sampai April 2020 kemarin karena Corona.Pembatalan konser dan pertunjukan di M Bloc menyebabkan kerugian mencapai Rp 1,2 miliar.

"Dan Menurut data yang saya peroleh juga dari teman-teman Koalisi Seni Indonesia, dari sepanjang Maret sampai April tersebut ada 234 acara Seni Indonesia yang dibatalkan atau ditunda akibat profit margin dan yang terbanyak adalah dari musik ada 113 konser dan tour tentang festival musik yang dibatalkan atau pun ditunda dan ada dari berbagai bidang kreatif lainnya, ada sastra, pameran, ada pertunjukan tari, ada 46 pentas teater," paparnya dalam Seri Ngobrol Parekraf, Rabu (24/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan imbauan pembatasan interaksi sosial, para musisi akhirnya memilih tetap di rumah untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Mereka beralih ke platform digital untuk tetap melakukan aktivitas kreatifnya. Ada beberapa platform yang sangat populer khususnya di kancah musik Indonesia seperti Spotify, YouTube, Instagram, Facebook Page, dan JOOX.

Melalui platform tersebut, para musisi pun mulai beralih ke platform digital untuk menggelar konser. Salah satu pioneer-nya adalah sebuah band asal Bali yaitu Navicula. Dari situ mulai bermunculan konser-konser online yang digagas oleh berbagai artis secara individu maupun bekerja sama dengan berbagai pihak.

ADVERTISEMENT

Wendi mengungkapkan berdasarkan data dari Loket, konser virtual berbayar merupakan salah satu jalan keluar terbaik untuk mengakomodasi baik event creator maupun audiens. Menurutnya, peran sponsor sangat penting bagi keberlangsungan konser virtual ini.

Namun ia menyayangkan koneksi internet yang masih terbilang lambat menjadi hambatan konser virtual ini. Ia pun meminta Kemenkominfo untuk segera mengatasi masalah ini agar dunia kreatif melalui platform digital bisa berjalan dengan lancar. "Mudah-mudahan permasalahan koneksi lelet segera dituntaskan," harapnya.

Meskipun konser virtual menjadi model bisnis baru di tengah pandemi, nyatanya hal ini tak dilakukan oleh semua musisi. Band Seringai, misalnya, band beraliran metal tersebut memilih untuk tidak melakukan konser virtual. Wendi yang menjadi manager band tersebut mengungkapkan konser virtual itu tidak bisa merepresentasikan ritual ataupun kebiasaan sebuah tradisi yang dilakukan saat pementasan band metal.

"Menurut teman-teman Seringai, konser virtual itu tidak bisa merepresentasikan ritual ataupun kebiasaan sebuah tradisi yang dilakukan oleh sebuah pementasan metal jadi interaksi dengan penonton itu memegang kursi yang sangat besar mungkin 50% jadi mereka daripada kurang asoy kita bikin konser virtual jadi tidak aja," ungkapnya.

Meskipun platform digital ini bisa menjadi solusi untuk dunia musik masa pandemi, tapi Wendi tetap berharap kondisi ini akan cepat berakhir. Di samping itu, ia terus meraih peluang-peluang yang tumbuh di ranah digital. Ia optimis di tengah situasi sulit ini akan ada peluang baru di platform digital yang bisa dijajaki.

"Seperti kata Freddie Mercury, apapun yang terjadi 'Show Must Go On'. Yang pasti semangat itu harus tetap ada dan kita tetap optimis bahwa masa depan ini akan menjadi masa yang paling menantang dan sekaligus masa yang membuka peluang-peluang baru di platform digital," pungkasnya.

(prf/ega)

Hide Ads