Jakarta -
Pekerja seni dan artis juga terdampak pandemi virus Corona karena mata pencahariannya terhambat. Kartu prakerja pun disiapkan oleh pemerintah.
Tapi, apakah itu solusi yang terbaik?
Rencana soal kartu prakerja ini sempat diungkapkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio dalam rapat bersama Komisi X DPR.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sudah bicara dengan para seniman, dengan para ekraf (ekonomi kreatif) yang berkaitan dengan ini memang para pelaku seniman ini sangat terdampak juga. Dari musisi, pemain drama, artis, bahkan penari dan lain sebagainya ini mereka sangat terdampak karena banyak mereka tidak bisa melakukan pekerjaannya secara rutin lagi," kata Tama saat rapat kerja dengan Komisi X DPR RI melalui telekonferensi, Senin (6/4/2020).
Wishnutama juga sudah berbincang dengan para pelaku industri tersebut, termasuk para artis. Ketua Ikatan Manajer Artis Indonesia (IMARINDO), Nanda Persada, merupakan salah satu yang sudah diajak berdiskusi.
Menurutnya, mereka bakal mendapatkan semacam bantuan langsung tunai setiap bulannya. Selain itu, ada juga kursus online secara gratis.
Wacana ini dikomentari beragam oleh para pekerja seni. Apa kata mereka?
Ini kata para pekerja seni soal rencana kartu prakerja saat pandemi virus Corona. Mari simak kata mereka.
Angga Dwimas Sasongko
Menurut Angga, kartu prakerja ini tak cukup efektif membantu perekonomian pekerja seni khususnya. Ia menghitung ada dana besar yang tak tepat sasaran kepada para pekerja seni penerima kartu ini.
"Kartu Pra Kerja ini kan memang program pemerintah. Anggarannya dari APBN 2020 sebesar 10T. Itu cerita sendiri. Tapi kemudian ketika stimulus untuk pekerja seni dan kreatif dilebur dari program ini, ya jadi aneh. Pertama, anggarannya kartu Prakerja nambah jadi jadi 20T. Apakah 10T tambahan ini adalah alokasi dari stimulus pandemi yang 405T? Kalo iya, mengapa fund gak dibuat skema BLT aja? Benefitnya lebih jelas karena stimulus ini kan buat individu. Narasinya menggunakan nasib pekerja seni dan kreatif yang mana mereka adalah individu. Benefitnya jadi nggak maksimal dan malah mendatangkan untung untuk beberapa private sector saja," ungkap Angga.
Candra Darusman
Candra Darusman selaku ketua Federasi Serikat Musik Indonesia (FESMI) membenarkan adanya pendataan terhadap pekerja industri kreatif. Ia menanggapi program tersebut dengan dua sikap.
"Kartu ini tentunya positif bagi kelompok yang akrab dan tersedia fasilitas dengan solusi online. Walaupun belum lihat pelatihannya seperti apa," tulis Candra dalam pesan pada detikHOT, Selasa (14/4/2020).
Akan tetapi, Candra menambahkan, belum tentu insentif itu dapat diakses oleh semua orang. "Bagi yang kurang akrab dengan online seperti musisi atau penyanyi senior atau yang tidak ada fasilitas harus ada solusi lain," jelasnya.
Putramatuta
Sutradara 'Catatan Harian Si Boy', Putramatuta, menilai konsep kebijakan ini bisa diterima. Tapi, dia juga khawatir pelatihan ini tidak tepat sasaran.
"Sasarannya nggak boleh salah. Soalnya sebenarnya, nanti nyasarnya (khawatirnya) bukan ke pekerja seni yang skill pro tapi ke pekerja seni yang pemula," imbuh Putramatuta.
Adryanto Pranoto dari Juni Records
Menurut Adry, kartu Pra Kerja untuk pekerja kreatif, pada dasarnya bisa dimanfaatkan untuk mereka yang ingin merintis karier di industri hiburan. Akan tetapi bila digunakan untuk pemberian insentif di masa pandemi, Adry menilai kebijakan itu tidak tepat sasaran.
"Kalau sasarannya adalah untuk menjadi jawaban dari pandemi menurut saya kurang tepat. Kalau bentuknya berupa pelatihan, dengan kondisi seperti sekarang, rasanya terlalu terburu-buru. Namanya saja Pra Kerja, untuk yang sudah bekerja di industri dan terdampak rasanya kurang tepat," ungkapnya.